Saturday, August 27, 2011

Esensi Do'a


Ada sebuah riwayat yang diceritakan Ibnu Husain yang isinya tentang firman Allah yang berbunyi:

“Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku dan juga demi kemurahan dan ketinggian kedudukan-Ku di atas Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain Aku dengan kekecewaan. Akan Aku pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di mata manusia. Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, lalu kuputuskan hubunganKu dengannya.

Mengapa ia berharap kepada selain Aku ketika dirinya sedang berada dalam kesulitan. Padahal sesungguhnya kesulitan itu berada di tanganKu dan hanya Aku yang dapat menyingkirkannya? Mengapa ia berharap kepada selain Aku dengan mengetuk pintu-pintu lain padahal pintu-pintu itu tertutup? Padahal hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapapun yang berdo’a memohon pertolongan dari-Ku.

Siapakah yang pernah mengharapkan Aku menghalau kesulitannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena dosa-dosanya yang besar, lalu Aku putuskan harapannya? Siapakah pula yang pernah mengetuk pintu-Ku lalu tidak Aku bukakan?

Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku dan juga demi kemurahan dan ketinggian kedudukan-Ku di atas Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain Aku dengan kekecewaan. Akan Aku pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di mata manusia. Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, lalu kuputuskan hubunganKu dengannya.

Mengapa ia berharap kepada selain Aku ketika dirinya sedang berada dalam kesulitan. Padahal sesungguhnya kesulitan itu berada di tanganKu dan hanya Aku yang dapat menyingkirkannya? Mengapa ia berharap kepada selain Aku dengan mengetuk pintu-pintu lain padahal pintu-pintu itu tertutup? Padahal hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapapun yang berdo’a memohon pertolongan dari-Ku.

Aku telah mengadakan hubungan langsung antara Aku dengan angan-angan dan harapan seluruh makhluk-Ku. Akan tetapi , mengapa mereka malah bersandar kepada selain Aku? Aku telah menyediakan semua harapan hamba-hamba-Ku, tetapi mengapa mereka tidak puas dengan perlindungan-Ku?

Dan Aku pun telah memenuhi langit-Ku dengan para malaikat yang tiada pernah jemu bertasbih pada-Ku, lalu Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara Aku dan hamba-hamba-Ku. Akan tetapi, mengapa mereka tidak percaya kepada firman-firman-Ku.

Tidakkah mereka mengetahui bahwa siapa pun yang ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan tiada yang dapat menyingkirkannya kecuali Aku? Akan tetapi, mengapa Aku melihat ia dengan segala angan-angan dan harapannya itu selalu berpaling dari-Ku? Mengapakah ia sampai tertipu oleh selain Aku?

Aku telah memberikan kepadanya dengan segala kemurahan-Ku apa-apa yang tidak sampai harus ia minta. Ketika semua itu Aku cabut kembali darinya, lalu mengapa ia tidak lagi memintanya kepada-Ku untuk segera mengembalikannya. Tetapi malah meminta pertolongan kepada selain Aku?

Apakah Aku yang memberi sebelum diminta, lalu ketika dimintai tidak Aku berikan? Apakah Aku ini bakhil, sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku? Tidakkah dunia dan akhirat itu semuanya milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu berada di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu adalah sifat-Ku?Tidakkah hanya Aku tempat bermuaranya semua harapan? Dengan demikian, siapakah yang dapat memutuskannya daripada-Ku?

Apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang berharap, andaikan Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi, ‘Mintalah kepada-Ku!’ Akupun lalu memberikan kepada masing-masing orang, pikiran apa yang terpikir pada semuanya. Dan semua yang kuberikan itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku meskipun sebesar debu. Bagaimana mungkin kekayaan yang begitu sempurna akan berkurang, sedangkan Aku mengawasinya?

Sungguh alangkah celakanya orang yang terputus dari rahmat-Ku. Alangkah kecewanya orang yang berlaku maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku serta tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang haram seraya tiada malu kepada-Ku."

Subhanallah, alangkah eloknya untaian firman-Nya di atas. Sungguh, kenapa kita senantiasa terlupa dari mengharap, memohon dan meminta kepada-Nya? Padahal tanpa diminta pun Allah telah banyak memberikannya kepada kita. Oksigen untuk tiap detik nafas kita, kelengkapan indra untuk merasa, ayah bunda yang mencurahkan cinta, rezeki yang terserak dari kita bayi hingga tumbuh dewasa, juga kasih mesra dalam persahabatan yang setia.

Allah memberi semuanya karena Allah memang Maha Pengasih. Tanpa perbedaan Ia beri semua hamba-Nya. Baik diminta atau pun tanpa. Sayangnya, akal yang Allah beri pun malah kita gunakan untuk berpikir bahwa Allah itu tidak adil, Allah tidak mendengarkan do’a kita, dan banyak lagi buruk sangkaan kita pada-Nya.

Marilah kita berpikir sejenak, jika saja Allah menjadikan hidup yang kita jalani ini se-statis laut mati yang tidak mendapatkan aliran air dari sungai, danau, maupun laut di sekelilingnya. Yang memiliki konsentrasi keasinan tinggi dan bermassa jenis tinggi sehingga bisa mengapungkan sesuatu yang dicelupkan kepadanya. Bila kita diumpamakan seperti laut mati, kita adalah pribadi-pribadi yang datar jalannya, tanpa ada persoalan yang membantu kita lebih dewasa, tanpa hambatan, tanpa liku, tanpa serdadu. Lalu selintas pikiran sombong pastilah menyapa, kemudian menjadikan diri kita seasin konsentrasi garam laut mati. “Lihatlah kami, Allah sayang kepada kami, kami tak pernah Ia persulit. Sementara si fulan dan si fulan, Allah selalu timpakan musibah kepadanya. Bukankah sebaiknya mereka makhluk yang harus memperbaiki diri?”

Innalillahi, padahal tiada tersadari, ia telah menjadikan dirinya rendah, dan menganggap semua orang yang ada di sekitarnya ringan, seperti apungan.
Masihkah karena suatu kali kita meminta di tengah kesulitan dan Allah belum memberikan kesempatan lalu kita berpikir macam-macam tentang-Nya? Padahal, tidaklah mungkin Allah berbuat zhalim kepada hamba-Nya.

Do’a bukanlah sesuatu yang dengan menengadahkan tangan dan meminta akan terkabulkan. Ketahuilah, sungguh esensi dari do’a adalah bagaimana kita mampu menggerek diri kita untuk mewujudkan do’a kita. Bagaimana kita mampu mengintrospeksi sesuatu yang kurang dari kita, menyadari kelemahan kita, mengubahnya, dan mengusahakannya.

Ibnu Ath-Tha’ilah menuturkan dalam kitab Al-Hikam-nya yang terkenal: “Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa padahal engkau sendiri tak mengubah dirimu dari kebiasaanmu? Kita banyak meminta, banyak berharap kepada Allah. Tapi sibuknya meminta kadang membuat kita tak sempat menilai diri sendiri. Padahal kalau kita meminta dan berakibat kita merubah diri, maka Allah akan member apa yang kita minta. Karena sebetulnya do’a itu adalah penggiring agar kita bisa merubah diri kita. Jadi kita tidak pernah mau merubah diri kita menjadi lebih baik, maka tentu ada yang salah dengan permintaan kita.”

Intinya, factor suksesnya do’a kita adalah kemampuan kita untuk mengubah diri kita untuk memburu pertolongan Allah. Allah tidak mungkin tidak mengijabah do’a-do’a hambaNya.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia mendo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada di dalam kebenaran.” (Al-Baqarah:186)

Nah, Allah sendiri sudah memberi kuncinya, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku.

So, tunggu apalagi?? Mari kita borong kesuksesan dengan banyak-banyak berdo’a kepada-Nya. Ingatlah, do’a bukan hanya alat meminta dari jalan yang sulit. Tapi juga sarana mendekatkan diri kepada-Nya. :)

Sumber Inspirasi: Al-Qur'an, Minibook Aa Gym: Hakikat Do'a

7 komentar:

ROe Salampessy said...

dari kisah ini saya menangkap kesan lain tentang perbuatan tawassul atau meminta kepada Allah lewat orang mati (kuburan). tampaknya ada pesan dikisah ini bahwa tawassul itu sama seperti menghina Allah yang Maha Mendengar dan Maha Dekat. meminta kepada Allah itu harus langsung tanpa perantara, karena begitu dekatnya Allah.

keep posting ukthi.

salam.. mampir tengah malam.!

Mae said...

yak setuju! Untuk apa menggunakan perantara yang malah akan mendatangkan murkaNya sementara kebaikanNya, rahmat, pemurahNya langsung tercurah kepada kita.

Ditunggu juga postingan antum akh.

PS Holic said...

inget juga bahwa doa yg kobul tuu yang masuk akal, masa iia petinju doa supaya selama 12 ronde gag kena pukul, kan gag masuk akal :( huehehe.. pis :)

belajar photoshop

Gulunganpita said...

umm.. ukht. terima kasih. Semakin ingin dekat dengan Allah

p.s sudah saya follow

Mae said...

@PS Holic : Hehe, iy tuh, ga mngkin bnget yaak...
insyaAllah kita bw blik :)

@mbak fitri: siiip... keep hamasah ukhti ^_-

Nik Salsabiila said...

Nice kawan....keep writing yaa...kisah itu menginspirasi saya utk berbuat lebih baik terutama terkait dengan doa...
main ke blog aku kalau ada waktu yah... ^__^
Happy aidil fitri...maafkan silap salah saya yaa...^^

Mae said...

Syukron semangatnya mbk salsa...... ^_^
insyaAllah aku silaturrahmi balik :D

Happy aidil fitri too for you, maapin aku jga yaa ^^

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah