Sunday, September 4, 2011

Seluas Tangan Menggapai. Dunia Menunggu Karya Nyatamu...!!!!

 

Sebuah kekalahan adalah kemenangan bagi pribadi yang bisa mengambil makna mendalam (Pengagum-mimpi.blogspot.com)Hehe... Ini merupakan kesimpulan yang bisa saya ambil setelah mengalami sebuah kejadian yang serasa hampir merubuhkan kehidupan. But, Never give up sob...!!! Saya yang ngerasain begitu jatuhnya aja masih bisa bangkit kok. So, keep smile :) Saya bener-bener ngerasain kalau hidup itu ngga selamanya di atas mulu, atau bawah mulu. Allah memang telah mempergilirkan hari-hari di saat kemenangan menjadi milik kita atau pun kalah yang datang dengan membawa begitu banyak hikmah.
"Jika kamu mendapatkan luka (di Perang Uhud), maka sungguh kaum (kafir pun) mendapatkan luka yang serupa (pada Perang Badar). Dan hari-hari (kemenangan dan kekalahan) itu Kami pergilirkan di antara manusia.... (Ali 'Imran:140)
Ok, lanjuuut... Bisa disimak kisah saya selanjutnya. Semoga bisa diambil ibrahnya. 
 Seorang bocah ingusan belum cukup umur tengah menuai perdebatan di antara orang tua dan calon guru tempat ia akan disekolahkan. Kala itu, umurnya masih 5,4 tahun. Sedangkan batas minimal untuk menduduki bangku SD adalah 6 tahun. Alhamdulillah akhirnya dengan segala risiko, saya pun bisa diterima masuk ke sekolah tersebut. Sekolah yang juga baru dibangun dengan berlatar pendidikan islami. 

 Awal menerima pendidikan, saya memang mengalami kesulitan untuk menerima pelajaran. Seingat saya, waktu itu saya pernah dapet nominal 5 di pelajaran Pkn klo ngga salah. Mana nilainya ditulis di halaman atas dan pake spidol merah lagi. Huhu.... kayaknya dapet nol juga pernah deh, tapi lupa-lupa inget. Alhamdulillah, menjajak ke kelas empat, prestasi saya ikut nanjak perlahan. Di semester pertama udah bisa ngedapetin empat besar. Berlanjut ke semester dua yang naik lagi jadi dua besar. :D Syukurnya lagi, di kelas enam, saya dikasih kesempatan buat jadi yang terbaik di Provinsi dalam peraihan nilai EBTANAS. Waktu itu, belum ada zamannya gubernur ngasih paket-paket hadiah kayak sekarang. Hehe.... *ngarep

 Siip.... Lanjut ke SMP yaak.... Di SMP alhamdulillah saya masih bisa mempertahankan juara. Dari juara kelas sampe juara umum dan bisa masuk ke SMA favorit tanpa tes. But, di SMA prestasi saya turun naik ngga jelas. Kalau di SMP saya bisa ngerasain dapetin semua itu dengan usaha yang ngga ribet-ribet bener, di SMA lain ceritanya. Meski udah keringetan belajar, malam jadi teman, siang disahabatin, juga masih nihil. Paling tinggi ranking 3, itupun waktu semangat ane masih menggebu-gebu di masa putih abu-abu. 

 Semakin saya mengejar seluruh keelokan paradigma prestasi yang sesungguhnya hanya prestise, membuat saya semakin terseok-seok. Patah aral kerap kali ditemui. Semakin jauh meniti aral, wujud angka yang berjatuhan pun makin jelas. Padahal, kesibukan berorganisasi pun mulai berkurang. Di kelas XII alias kelas III SMA, yang merupakan masa penentuan, saya banyak nemuin angka-angka kecil itu terukir cantik di papan pengumuman dan dinding-dinding kelas. Ntah nilai apa saja, dari nilai TO, UAS dan berlanjut ke UN. 

 Bayangin aje, masa UAS Pkn saya dapet 5?? Bisa dibilang orang yang ngga bernegara nih. Belum lagi nilai matematika asli saya juga 5 (Nilai UN, dan belum pake presentase sekolah). Tuh nilai jauh banget dari yang saya dapetin waktu SMP, dengan angka cantik sepuluh. Dan disanalah saya mulai ngerasa sedih, putus asa, kesal dan segala macam rasa beraduk-aduk. Kok bisa ngedrop banget ye?? 

Menderitanya juga ngga cuma sampe situ sob. Biasanya, di kelas III SMA, para murid-murid mulai memutuskan jalan mana yang harus ditempuh untuk kuliah nanti. Saya inget betul, waktu itu, tiap hari saya gonta-ganti cita-cita, kalo ngga fk, farmasi deh. Kalau fk, saya putusin karena itu merupakan passion saya dan ngga sekadar ikut-ikutan doang. Passion itu panggilan jiwa. Jadi menurut saya, sah-sah aja. Kalo farmasi, karena kebetulan sukanya sama pelajaran kimia. Nah, kebetulan saya dapet di univ. Muhammadiyah Surakarta progdi fkg. Tapi saya ngerasa ngga cocok dan mutusin untuk pindah ke farmasi supaya lebih optimal. Alhamdulillah bisa. Namun malang sob, ortu ngga setuju dan akhirnya dengan berat hati saya lepasin. Dan ini berarti ane harus bersabar melanjutkan studi di tahun depan :( 

Pulkam. Jadi ajang terberat buat saya. Yang biasanya disambut senyum atau sejibun pertanyaan, kini tak tampak lagi. Hiks... Yang ada tinggal teman-teman keputusasaan. Sedih. Pedih. Gelisah. Bingung. Cemas. Terpukul. Dll... Beban serasa bertumpuk di pundak. Gimana ngga?? Saya ngerasa udah gagal untuk lanjutin studi ke luar kota. Udah gagal kasih contoh yang baek ke adik2, udah gagal membahagiakan ortu juga sodara-sodara. Jadilah seminggu setelah kepulangan sebagai ajang pelaksanaan semedi. Hehe... Ada susahnya sebagai orang yang punya kemampuan intrapersonal lebih. Saya selalu keinget-inget kejadian yang sudah-sudah, kadang nyesal, kadang ngerasa harus bangkit. *versi cerita ini kurang seru. Soalnya sedihnya udah hilang, hehe.... 

Menurut sebuah buku yang ane baca, judulnya "MY DREAM CAREER", tulisan Mas Endra K.Prihadhi, manusia memang butuh waktu untuk merenungi kegagalannya. Dan ane setuju banget!! Berdasarkan pengalaman. Momen meresapi kegagalan tersebut bukan hanya untuk mencucurkan air mata dan mengutuk diri sendiri. Memang tidak salah jika kita mereview berbagai kejadian yang membuat kita menjadi sesak. Dari sana berbagai kunci-kunci penyebab kegagalan bisa kita temukan. 

Bahkan dalam sebuah senandung yang dibawakan oleh Saujana, "Sesungguhnya Nilai Kegagalan itu lebih berharga dari kejayaan". 

 Sejak peristiwa itu, saya sungguh mengerti kenapa kita diberikan fase gelap dalam menjalani hidup. Allah ingin agar kita meresapi kembali untuk apa tujuan kita hidup yang sebenarnya. Duniakah?? Atau kita benar-benar yakin merindu kehidupan akhirat?? Allah juga sungguh sedang merindui kita untuk kembali kepadaNya, berharap kepadaNya, memohon, meminta, dan menyandarkan segala buat kita hanya pada tuju yang satu.  

Jujurlah... Kapan lagi anda akan terbangun untuk Qiyam Lail dan melawan segala kenikmatan alam mimpi. Perlahan tapi pasti anda akan menghidupkan aroma malam dengan wangi kesegaran air suci. Mensucikan rukun dan sunahnya. Menjejali keramik dingin, menghampar sajadah. Lalu anda akan takbir, ruku', dan sujud. Kali ini heningan berderik-derik bersama isakan. Tidak berakhir dengan tidur karena kecapaian. Tapi permohonan. Melemahkan diri di hadapNya yang mengantongi segala kemahaan. Mungkin itulah ibadah terbaik kita. Saat kita butuh, saat kita benar-benar telah ditempa oleh kebingungan. Astaghfirullah, maafkan kami ya Rabbi..... 

Dalam keterpurukan yang sangat, banyak sekali simpulan benang yang dapat saya tarik. Pertama, kemuliaan seseorang itu tidak ditentukan seberapa tinggi pendidikannya. Tapi seberapa indah akhlaknya, seberapa lembut tutur katanya, dan yang penting, seberapa banyak konntribusi yang telah dicipta. Ya, kontribusi yang berarti sebuah kebermaknaan untuk orang lain. Percuma saja bila kesuksesan yang dirasa hanya untuk dirasakan secara individu. 

 Dengan menyelami kemaknaan hadits Rasul yang menyatakan sebaik-baik muslim adalah yang bermanfaat bagi muslim lainnya, insyaAllah menguatkan kita untuk terus bangkit, menyapu semua gelendong asa yang berserat-serat. Menghimpun kembali kekuatan raga dan jiwa. Mengembangkan akal untuk berpikir cerdas, dan segera mengambil langkah tepat. Bila perlu, revisi ulang jalan-jalan mimpi kita. Bila gagal, revisi ulang, gagal, revisi lagi, terus dan terus... Sebuah kutipan dari buku ini, semoga bisa menjadi minuman untuk jiwa yang termenung hampa. 
Tidak dengan diam kita menjadi menang. Tidak dengan bisu kita menjadi maju. Kemulian hanya bisa diraih dengan tekad yang besar dan kerja keras. Kini saatnya untuk bangun dan berlari mengejar ketertinggalan. Bangkit dan Beramal !!!!! Karena tidak ada istirahat bersama jihad. Isy Kariiman au mut syahidan (Are You An Entrepreneur?)
So, Katakan tidak pada diam. Bergeraklah seluas tanganmu menggapai, sebisa kakimu menendang. Dunia menanti karya-karyamu, merindu kontribusimu, menumpukan setoreh asa di pundakmu. Untuk Agama Mulia, Diinul Islam. Keep Fighting!!! Isy Kariman au mut syahidan ikhwah fillah.....!!!!

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah