Friday, February 8, 2013

Ihsan: Lebih dari Sekadar Berbuat Baik



 Dalam surat cintaNya Allah menyebutkan bahwa "...Innallaha yuhibbul muhsinin". Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.

Ihsan, dalam bahasa arab berasal dari akar kata hasana, yuhsinu, ihsaanan yang artinya adalah kebaikan. Ihsan memiliki konteks yang sangat luas sekali. Ihsan bukan hanya perbuatan baik kita kepada orang lain yang menyebabkan kebaikan kita dibalas ucapan terimakasih atau imbalan yang setara. Ihsan bukan hanya perbuatan yang jika dilakukan akan menguntungkan orang yang dikenai objek. Ihsan juga bukan perbuatan yang hanya menguntungkan sisi pribadi kita sendiri. Tapi ihsan jauh lebih dari perspektif yang kita bayangkan seperti itu.


Guru saya pernah berkata, "Sesungguhnya cara Allah mencintai kita adalah dengan kita melakukan banyak perbuatan baik.". Kenapa demikian? Seolah-olah rasanya Allah baru akan mencintai kita dengan syarat?

Tidak demikian saudaraku. Malah sebaliknya. Dalam sebuah ayat diberitakan bahwa: "Jika kamu berbuat baik, maka sesungguhnya kebaikan itu untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untukmu sendiri." (Al-Isra':7) 

Ihsan itu berarti segala perbuatan yang baik yang diawali, dijalankan dan diakhiri dengan kebaikan pula. Awalan yang baik, proses yang baik serta akhir yang baik itu selalu melibatkan kesadarannya kepada Allah bahwa Allah selalu mengawasinya. Sehingga tidak ditemukan perbuatan dengan niat yang ikhlas karena allah kemudian tiba-tiba melenceng tak tentu arah saat prosesnya. Contohnya saja kasus yang sudah mendarah daging dan sulit sekali hilang dari adat mahasiswa dan pelajar: mencontek!



Para penimba ilmu ini kerap kali kehilangan keyakinan bahwa hanya Allah lah satu-satunya jalan keluar atas permasalahannya, bahwa Allah lah yang menentukan hasilnya, bahwa Allah saja yang berhak memberi penilaian yang paling baik, dan tentu saja selalu menganggap 'lupa' bahwa Allah selalu mengawasinya dan menganggap enteng perbuatan ini. Bukankah dalam berbuat sesuatu -yang bukan maksiat- ketika dilaksanakan secara itqon (profesional) itu disamping dengan persiapan yang matang juga disertai dengan keyakinan bahwa kita menyembah Allah seolah-olah merasakan bahwa kita melihat Allah. Dan jika kita tidak mampu, maka kita merasakan bahwa Allah melihat kita (An ta'budallaha kaannaka taroohu faillam takun taroohu fainnahu yarook)

Padahal, jika kita mau menilik lebih jauh masa depan kita: masa setelah kematian, bukankah kelak di sana Allah akan memberikan perhitungan yang sangat cermat terhadap apa-apa saja yang telah kita lakukan?

Apatah lagi sebagai individu pendidikan yang telah Allah karuniai kesempatan melahap ilmu-ilmu Allah, baik itu yang sifatnya meneliti penciptaan bumi dan alamnya, mencermati kejiwaan/psikologi, anatomi dan fisiologi tubuh manusia, interaksi sosial dan lain-lainnya, semakin kita mendalaminya akan mengajak kita untuk semakin bersyukur, bersyukur dan bersyukur kepada Allah. Betapa luar biasanya kuasa Allah. Betapa tak berdayanya kita sebagai hamba-Nya. Kita semakin yakin bahwa Allah tak pernah lepas penglihatan terhadap segala yang telah diciptakan, tidak seperti manusia yang memiliki lapangan pandang terbatas dan perspektif yang kadang terlalu sempit menilai sesuatu.



"Dan kunci-kunci yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfudz)" (QS. Al-An'am: 59)

Kembali pada bagian ihsan yang kita bahas di awal tadi. Kebaikan/ihsan itu amat luas teman! Amat banyak caranya dan amat mudah pula sebenarnya. Dan sekali lagi, kebaikan yang kita lakukan itu sebenarnya akan kembali untuk kita sendiri. Baik itu aktivitas yang kita jalani sehari-hari, seperti makan, menulis, berjalan, memakai sepatu, bercermin dan banyak hal-hal 'sepele' lain yang sebenarnya mendatangkan keberkahan dan pahala jika kita awali, lakukan dan akhiri dengan cara yang baik.



Ada pula kebaikan yang telah Allah janjikan terlebih dahulu balasannya, seperti jika kita mendo'akan saudara kita tanpa sepengetahuaannya, maka malaikat Allah akan menjawab do'a yang kita sampaikan "Semoga begitu juga untukmu." Pun begitu juga dengan bibir yang Allah ciptakan pun dapat menjadi bekal termurah untuk bersedekah: "Tabassumuka fii wajhi akhiika shodaqah", "Senyummu dihadapan saudaramu adalah sedekah". Dan banyak lagi janji Allah untuk hamba-hamba-Nya yang bersemangat untuk selalu melakukan kebaikan.


Semoga kita adalah individu yang selalu bersemangat dalam kebaikan, dalam menebar kebaikan dan mengingatkan saudara-saudara kita untuk amar ma'ruuf dan nahi munkar. Semoga Allah meridhoi apa yang kita lakukan dan membetulkan niatan kita yang terlanjur salah agar dibungkus kembali dengan keikhlasan. Allahua'lam bis-showab.

2 komentar:

Febi M. Putri said...

Kak Mae, tulisan2 kakak menginspirasi sekali, gambar2 keren itu dpt dari mana kak? Izin save gambarnya yaa

Mae said...

dari mbah google de... sok aja :D

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah