Dualisme Organisasi: Antara Untung dan Kontribusi
Suatu ketidakpercayaan juga ketika mengetahui teman-teman satu jurusan saya tidak terlalu berminat pada organisasi BEM. Dari 99 orang mungkin bisa diperkirakan hanya 1/3 nya saja yang mengikuti tes dan ingin menjadi bagian dari keluarga BEMPD.
Sebelumnya saya perlu menjelaskan apa yang melandasi ketidakpercayaan saya. Di jurusan Pendidikan Dokter UIN SH, terdapat 3 organisasi yang bisa diikuti oleh mahasiswa jurusan. 1 organisasi utama: BEM Pendidikan Dokter, sementara dua lainnya adalah badan kelengkapan yang bergerak di bidang medical rescue dan organisasi cabang nasional yang tidak bisa berdiri sendiri kecuali berada di bawah naungan BEM. Kedua BK ini dari 99 koresponden, 50% lebih beririsan memilih kedua organisasi BK tersebut.
Mungkin sebagian orang masih bingung dengan apa yang saya maksud. Bukankah di organisasi manapun kita berada, seharusnya kita bisa berkontribusi? Ya, tentu saja. Tetapi menjadi sangat menyedihkan saat saya mengamati ketika landasan kita saat meminang suatu organisasi adalah hanya sekadar mendapatkan manfaat tanpa dorongan menjadi seseorang yang memberikan manfaat. Akhirnya, jadilah organisasi itu sebagai wadah dimana kita hanya menunaikan proker-proker yang ada sebelumnya dengan sedikit modifikasi, atau menjadi orang yang bangga menjalankan proker yang keren tersebut.
Selan itu, secara logika jika dipikir, seharusnya mahasiswa lebih banyak yang memilih BEM jika mereka sadar akan membawa perubahan setidaknya untuk jurusan di ranah yang lebih berpengaruh ketimbang saat mereka berada di BK.
Layaknya partai, kesan-kesan awal yang ditampilkan adalah: "apa saja yang bisa kita dapatkan dari organisasi ini?" Jadilah akhirnya ramai-ramai berbagai organisasi menggaungkan keuntungan yang akan diperoleh, sehingga angan-angan calon pemilihnya adalah suatu kesenangan saja ketika masuk ke organisasi tersebut. Redaksi yang perlu direkomendasikan sebaiknya adalah: "Mengapa saya harus berkontribusi melalui organisasi ini?"
So, sudah selayaknya juga saya dan para pemuda yang telah tergabung dalam berbagai organisasi menanyakan kembali niat awal yang sudah terlanjur digenggam, untuk menggantinya dengan niat-niat yang murni. Mengapa? Kemurnian niat akan memberi pengaruh besar untuk menjadikan organisasi tidak hanya sebagai sensasi, tapi nilai yang tak pernah mati untuk terus berkontribusi.
0 komentar:
Post a Comment