Saturday, June 29, 2013

Yuk, Jadiin Keluarga Kita Dirindu Syurga



Seminggu pasca kembalinya ummi dari kunjungan ke asramaku. Rindu tak bertepi kembali membuatku hanyut kala mengenang keberadaannya yang jauh di sisiku. Pagi ini saja aku sudah galau, ntah diburu beberapa deadline da bayang2 ujian yang sebentar lagi menyambangi. Tiba saja terbersit di benakku untuk mengetik sms untuk ummi. Rasa rindu yang mesra kurasakan membuncah dalam bait kata:

Assalamu'alaikum.
Ummi, apa kabar?
Ummi do'ain mbak diah ya, semoga dijauhkan dari kemalasan, jadi anak yang shalihah, jadi seorang dokter muslimah yang hafidzoh, dan jadi pemuda yang banyak manfaatnya ya mi..

I love you mi..

Usai pesan ini kukirim, rasanya lega. Semoga keinginanku yang termaktub dalam do'a juga mampu seiring dengan do'anya ummi. Aku bersyukur sekali. Bersyukur sepenuhnya atas skenario Allah. Meski aku dipisahkan oleh ummi dalam jarak, tapi aku merasa semakin dekat perihal hati. Semakin mudah saja rasanya berkata-kata mesra kepada malaikat bumiku, semakin sering mendo'akannya. Semoga bisa membalas kelalaianku saat bersamanya di saat kami dekat.

Perasaan rinduku pada ummi kadang juga disertai tangis ketika mengira-ngira beratnya beban beliau bersama abi membiayai kuliahku di fakultas kedokteran dan juga tiga adikku yang masih sekolah di sekolah yang tergolong baik kualitasnya. Mereka selalu mendorong kami untuk mencapai pendidikan yang baik, menuntun pola pikir kami, mengingatkan kami dan melakukan segalanya untuk kami, anak-anaknya.

Tentulah itu cita-cita mereka terhadap kami. Lalu kadang aku terpikir lagi, 'apa yang akan aku cita-citakan untuk mereka ya Rabb?' 

Dari dulu semenjak aku mengetahui bahwa seorang anak yang hafal qur'an akan memberikan hadiah berupa mahkota dari cahaya di hari akhir dan menjadi syafa'at bagi orang tuanya, aku bercita-cita untuk menjadi seorang hafidzhoh di samping cita-citaku yang lain. Mulailah aku meluruskan niatku yang semula menghafal karena tuntutan setoran di sekolah menjadi benar-benar karena niat sendiri. Bisimillah, ini mungkin yang bisa aku persiapkan untuk kuhadiahkan kepada mereka nanti, suatu balasan yang lebih abadi disamping kebahagiaan yang tetap harus kuberikan untuk mereka di dunia.

Namun, semakin bertambahnya hari, aku pun berpikir lagi, bahwa pastilah kedua orang tuaku juga menginginkan anak-anaknya yang lain merasakan hal yang sama. Seperti misalnya saat kita memberikan kue yang lezat untuknya, kue itu pasti akan dibagi ke saudara-saudara kita yang lain. Orang tua yang bijak, tentulah ingin seluruh anggota keluarganya merasakan kenikmatan yang ia rasakan.

Maka, meskipun kita masih berstatus sebagai seorang anak, kita harusnya mempunya cita untuk menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang dirindukan syurga. Bayangkanlah ketika seorang kakak yang menuntun kesulitan adiknya yang masih belajar membaca Al-Qur'an, seorang adik yang menghormati ummi dan abi serta kakaknya, orang tua yang menyediakan aasupan finansial yang sehat sebagai jembatan fasilitas kebaikan tanpa mengabaikan peran wajib untuk mendidik dan mengarahkan. Bukankah itu sebagai sesuatu yang didamba? Ketika arus kebaikan selalu berputar-putar indah di rumah kecil kita dan menyebar ke rumah-rumah sekitarnya. 

Hmm... seolah aroma syurga telah tertanam dalam bangunan penuh amal dan karya. Adikku, aku ingin kita bergerak bersama. Beribadah karena Allah, berkarya dan beramal karena Allah dan saling mencintai di antara kita juga karena Allah. Ayo, kita bergerak bersama menjadikan keluarga kita keluarga yang dirindu syurga. Uhibbukum filllah ummi, abi, abang, ipah n imah :D

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah