Aku Siap Mengatakan: Ya Rabb Aku Pantas Menerimanya
Jreng2... sekelumit kesibukan selalu jadi alasan yang menjadi-jadi untuk melupakannya sejenak. Padahal ia telah kugali dalam2 sebelum kesibukan itu hadir dari bilik harianku. Kehidupan yang amat menyeramkan semakin terasa saat kesibukan yang selalu jadi penentu kesibukanku. Bukan lagi aku yang berhak memilih kesibukan untuk kebaikan dunia dan akhiratku. Duuh..
Ingin berubah! Seketika kata-kata itu selalu hadir bila kejenuhan memuncak dan merong-rong menyesakkan dada si tuannya. Aku benci ketika sibuk adalah alasan yang membuatku terdiam dan tak bergerak apa-apa. Aku ingin menjadi manusia sekuat mereka Allah.. Aku ingin seperti mereka..!
Kadang aku baru tersadar bahwa kesibukan inilah jalan bagiku untuk menjadi sekuat mereka. Sadari saja: mana ada orang kuat dengan kegiatan secuil? Jam kerja mereka rata2 di atas manusia biasa. Hilir mudik ke sana kemari mengurusi beragam kepentingan yang amat rumit. Tapi mereka selalu siap sedia dengan segala konsekuensinya. Siap dengan idealisme yang mereka perjuangkan, siap berkorban dan mereka masih tetap bisa memperjuangkan ambisi mulia mereka untuk menjadi manusia berkualitas di hadapanNya.
Selama ini mungkin terlalu tersibukkan mencari-cari faktor pendukung yang mampu mencuatkan profesionalisme dalam hidup. Padahal kuncinya simpel saja: jalani hidup ini dengan maksimal dan pantaskan selalu dirimu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Ketika pintamu adalah menjadi manusia yang bermanfaat, mana tahu kamu tentang perihal amanah setumpuk itu bisa jadi jalanmu untuk proyek amal yang bisa lebih besar lagi ke depannya. Ketika kamu meminta menjadi orang yang sabar, siapa kira ujianmu itu adalah jalan panjang menuju kesabaran yang indah. Bahkan ketika ambisimu juga besar pada akademis, bukanlah hal yang mustahil bagimu untuk memilih menjadi manusia2 yang full academic atau full academic + full kontribusi dengan merelakan sebagian waktu dan memperpanjang usia bangunmu?
Pantaskan sajalah dirimu menjadi manusia yang layak di hadapanNya. Mana ada manusia2 hebat menolak amanah dan mengatakan: maaf, saya fokus di sini saja! Yang ada dia selalu mencuri kesempatan sekecil apa pun untuk menyeimbangkan antara membangun kekuatan diri, memberi kontribusi dan menambah asupan diri. 3 komponen ini menjadi penting dan sama butuhnya.Jika terlalu capai berkontribusi tanpa ada gizi untuk jasad, ruhani dan akal kita tentulah capai untuk menggapai semua-muanya. Pun dalam hal membangun kekuatan diri, kita butuh refleksi menekuri perjalanan dari hari ke hari. Karena itulah muhasabah menjadi begitu penting. Muhasabah merupakan cara yang paling efektif untuk melakukan perubahan sedikit demi sedikit.
Malulah pada Allah jika diri selalu membatas-batasi karena melebih-lebihkan kekurangan yang hadir pada kita. Jika dibandingkan dengan samudranya nikmat Allah, tentu kelelahan yang kita rasa tak sepantasnya diucapkan, kekurangan yang kita punya tak semestinya dibesar-besarkan, dan kelemahan2 yang kita punya tak sepatutnya jadi penghalang. Fokus pada tujuan dan pusatkan pada kelebihan yang Allah titipkan spesial ada pada dirimu.
#semangatH-2mingguOSCE-SOCA #semangatTawazun #SemangatMenjadiKuat #SemangatKarenaAllah
0 komentar:
Post a Comment