Saturday, January 1, 2011

Wazhifah Seorang Murid

Sebagai seorang murid, kita semuanya tentu memiliki keluhan-keluhan tak tertahankan mengenai proses pembelajaran. Baik berupa penghambat yang sifatnya internal dari dalam diri kita, seperti kemalasan, lalai dalam melaksanakan suatu tugas atau kewajiban. Maupun dari dunia luar diri kita seperti kondisi yang melenakan, tragedi pertengkaran, fasilitas penghibur yang memanjakan dan sebagainya. Ada 10 wazhifah (adab dan tugas) seorang murid dari Sa'id Hawwa dalam sebuah karya inspiratifnya "Mensucikan Jiwa".

1. Mensucikan jiwa dari kejelekan akhlaq dan keburukan sifat. Karena ilmu adalah ibadahnya hati, shalatnya jiwa dan peribadatannya batin kepada Allah SWT

2. Mengurangi keterikatannya dari kesibukan dunia, karena ikatan-ikatan itu menyibukkan dan memalingkan. "Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya" (Al-Ahzab:4)
"Ilmu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya sebelum kamu menyerahkan kepadanya seluruh jiwamu kepadanya tetapi ia baru memberikann sebagiannya kepadamu maka kamu berarti dalam keadaan bahaya"

3. Tidak bersikap sombong kepada orang berilmu dan tidak sewenang-wenang terhadap guru dan mematuhinya. Hendaklah bersikap tawadhu' (rendah hati) kepada gurunya dan mencari pahala dan ganjaran dengan berkhidmat kepadanya. Contoh bentuk kesombongan terhadap guru yaitu tidak mau mengambil manfaat (ilmu) kecuali dari orang-orang besar yang terkenal. Ilmu tidak bisa didapat kecuali dengan tawadhu' dan menggunakan pendengaran (berkonsentrasi).
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar2 terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya" (Qaff:37)
Sebaiknya ia menerima setiap hal yang disampaikan kepadanya dengan konsentrasi yang baik, tawadhu', syukur, memberi dan menerima karunia. Bagaimanapun cara belajar yang diterapkan seorang guru hendaklah ia mengikutinya dan meninggalkan pendapat pribadinya.

Ali ra berkata: "Di antara hak seorang guru ialah kamu tidak banyak bertanya kepadanya, tidak merepotkannya dalam memberi jawaban, tidak mendesaknya apabila ia malas, tidak memegangi kainnya apabila ia bangkit, tidak menyebarkan rahasianya, jika ia tergelincir maka kamu terima alasannya. Kamu juga harus menghormatinya dan memuliakannya karena Allah ta'ala selama ia tetap menjaga perintah Allah, dan tidak duduk dihadapannya sekalipun kamu ingin mendahului orang dalam berkhidmat memenuhi keperluannya."

4. Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan perselisihan di antara manusia, baik ilmu dunia dan akhirat, karena akan membingungkan akal dan pikirannya dan membuat putus asa dari melakukan pengkajian dan telaah mendalam.

5. Seorang penuntut ilmu tidak boleh meninggalkan suatu cabang ilmu terpuji atau salah satu jenis ilmu. Larena ilmu pengetahuan itu saling mendukung dan saling terkait sesamanya. Ia harus segera untuk tidak memusuhi ilmu tersebut karena kebodohannya, sebab manusia sering memusuhi sesuatu yang tidak diketahuinya.
"Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata "ini adalah dusta yang lama" (Al-Ahqaf:11)

6. Tidak menekuni semua bidang ilmu secara sekaligus tetapi menjaga urutannya dan dimulai dari yang paling penting.

7. Tidak memasuki suatu cabang ilmu sebelum menguasai ilmu yang sebelumnya. Karena ilmu itu tersusun secara berurut, sebagiannya merupakan jalan bagi sebagian yang lain. Hendaklah tujuannya dalam setiap ilmu yang dicapainya adalah peningkatan untuk lebih tinggi. Oleh sebab itu, tidak boleh menilai tidak benar atau batilnya suatu ilmu karena ada penyimpangan orang-orang yang menekuninya. Misal: Ilmu kedokteran yang dianggap mennyalahi karena adanya kesalahan tindakan dari para dokter. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak semua orang dapat menguasai ilmunya dengan baik

Ali ra berkata: "Janganlah kamu mengenali kebenaran melalui orang, tetapi kenalilah kebenaran pasti kamu akan mengetahui orangnya."

8. Mengetahui faktor yang menyebabkan ilmu itu lebih mulia. Yaitu dari kemuliaan hasil dan kekokohan serta kekuatan dalil.
---> hasil dari ilmu agama adalah kehidupan yang abadi, sedangkan hasil dari ilmu kedokteran hanya sebatas kehidupan dunia
---> ilmu hisab lebih mulia karena kekokohan dan kekuatan dalilnya lebih dibandingkan dengan ilmu ramalan bintang.

Dengan demikian jelas, bahwa ilmu yang paling mulia adalah ilmu tentang Allah dan keimanan dan ilmu yang mengarah kepada ilmu-ilmu tersebut.

9. Hendaklah tujuan murid di dunia adalah unntuk menghias batinnya dengan keutamaan, dan di akhirat untuk mendekati Allah dan meningkatkan diri untuk bisa berdekatan dengan makhluk tertinggi dari kalangan malaikat dan orang-orang yang didekatkan (muqarrabin)

Barangsiapa yang dengan ilmunya (ilmu apa saja) bermaksud untuk mencari ridha Allah maka ilmu itu akan bermanfaat baginya dan mengangkat derajatnya.

Ingat surat Al-Mujadillah ayat 11, "Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat"

Jadi sebagai seorang pelajar, bagaimanakah kita selama ini??? Semoga kita bisa memaksimalkan penyerapan ilmu yang diberikan oleh guru-guru kita tercinta di sekolah. Semoga lebih semangat untuk islam lebih baik kedepannya. Have a nice school.....

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah