Menunggu di Ujung Senja
Di sini kita pernah bertemu
Mencari warna seindah pelangi
Ketika kau mengulurkan tanganmu
Membawaku ke daerah yang baru
Hidupku kini ceria
Kini dengarkanlah….
Dendangan lagu tanda ingatanku
Kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu
Kenangan bersamamu
Tak kan kulupa
Walau badai datang melanda walau bercerai jasad dan nyawa
Mengapa kita ditemukan
Dan akhirnya kita dipisahkan
Mungkinkah uji kesetiaan
Kejujuranku penguat iman
Tuhan beri kendakku kekuatan
Mungkinkah kita terkupa
Tuhan ada janjiNya
Bertemu berpisah kita
Ada rahmat dan kasihNya
Andai diuji terangilah taman kesabaran
Pergilah gelita, hadirlah cahaya
Nasyid ini tengah menggugah jiwa dan keseluruhan perasaanku saat ini. Mungkin sudah terlalu sering kuceritakan tentang saat yang paling membuat aku bahagia. Ya, MASA SMP ku. Waktu-waktu yang paling aku syukuri hingga kini. Masa itu terlalu cepat berlalu. Namun bekasnya masih mengharu rindu tak terselesaikan.
Jika kau tanya kenapa aku menyukai segala dimensi yang berhubungan dengan masa itu, aku hanya bisa mengatakan “Aku Suka, aku cinta, aku bahagia.”
Aku ingat masa itu. Saat aku masih didera kebingungan untuk mencari seorang sahabat. Tak terlalu mengerti sebenarnya makna dari kata sahabat. Berdasarkan pengalaman beberapa orang, sahabat akan membuat kita selalu bahagia dengan kata yang mengundang senyum dan tawa. Seseorang yang pertama menemuimu dan menghibur saat jatuh tangismu. Hebatnya, sahabat itu katanya orang yang selalu sedia dan setia. Peduli apalah aku tentang hal itu. Aku hanya ingin punya seorang sahabat seperti kata kebanyakan orang. Bisa menghibur di saat duka melanda. Sepertinya alasan itu cocok dengan kondisiku. Aku orang yang terlalu sering menangis. Bahkan terlalu cengeng.Tentu ada saja karena bidikan-bidikan yang memancing jatuhnya bening-bening kesedihan dari ujung kisut mataku. Ntah karena pertengkaran dengan adik kecilku, dimarahi ummi atau abiku, disinggung teman-teman,atau kekesalan dan kekecewaanku pada guru-guruku.
Satu hal yang masih kukenang dalam pencarian seorang sahabat. Aku pernah menuliskan persentase kandidat yang akan menjadi sahabatku pada diari kumalku. Jika saja ada perubahan berupa kebaikan atau pun keburukan dari masing-masing kandidat, maka akan mempengaruhiku untuk menaikkan atau menurunkan angka persennya. Bahkan hal itu berlangsung lama. Hingga akhirnya akhirnya aku menemukan seseorang yang sepertinya sangat cocok dengan kriteriaku. Anehnya pertemanan yang terbilang dekat itu, belum secara pasti ada kata “KITA SAHABAT”. Terlalu malu aku mengatakan hal itu pada dirimu. Begitu pun dirimu. Namun lama kelamaan kita menyadari bahwa sesungguhnya kita adalah sahabat. Meski kita tak pernah menyatakannya secara eksplisit. Hanya kesadaran yang timbul secara mandiri.
Ia sahabat yang banyak membawaku pada kebaikan. Selalu mengingatkan untuk lakukan atau hindari suatu tindakan. Layaknya, luasn makna nama yang dimilikinya. Aku mencintai persahabatan ini. Banyak perubahan mengarah pada keshalihan pribadi dan spiritual yang kurasakan. Begitu luasnya makna yang tetap tersampaikan meski akhirnya kami terpisahkan.
Amat banyak lautan makna dari seorang sahabat. Utamanya yang bisa menuntunku akan keindahan bersama Allah. Aku masih ingat semuanya. Saat kita berkejar-kejaran menuju masjid kala adzan, lantas memasuki shaf shalat terdepan. Saat kita berlomba tilawah di teras masjid ditemani semilir angin yang sepoi. Sewaktu ia membantuku mengoreksi hafalan qur’anku dan sebaliknya. Saat kita melakukan diskusi kecil, berbagi tawa, bertukar canda dan ceria. Saat kita duduk bersama menyelesaikan tugas-tugas berat dari guru kita. Saat kau sabarkan aku jika berkeluh kesah. Saat kau menggangguku jahil, dan saat aku membalasnya dengan nada-nada manjaku. Saat yang dulu, saat yang tak pernah kutahu semuanya akan terabadikan di langit hatiku.
Terpisahkan kini. Banyak perubahan dari diriku dan dirimu sahabat. Sungguh persahabatan itu ternyata yang buatku rindu kembali ingin menjajahi masa lalu. Sayaaang…………. Aku sangaaat merindukanmu. Tahukah kamu bahwa duniaku kini sepi tanpa seorang sebijak kamu yang memanduku. Tanpa seorang yang bisa kuamanahi untuk menuangkan segala asa dan kesedihanku. Tanpa seorang sahabat yang menjaga nyalaku. Tanpa seorang yang akan ingatkan aku saat aku terlupa. Terlalu sulit hatiku menaruh percaya pada sekelilingku.
Sayang…… perpisahan ini membuatku makin sedih. Pertemuan seminggu sekali saat les, rasanya belum terobati bersamamu. Kesempatan ini tetap aku manfaatkan untuk berbincang denganmu atas masalah-masalahku. Bisakah kau rasakan kesedihanku ketika aku lebih memilih duduk bersamamu dibandingkan bersama teman sekolahku. Kau tahu kenapa sayang??? Karena aku lebih memilih menghindari agar aku tak terlarut dalam perbincangan dosa. Meski aku belum bisa menghindarinya saat aku berada di bangku-bangku kelasku. Kau tak ada untuk menemaniku.Sayang….. saat kini aku ingin menemuimu dan duduk bersamamu di kelas les, kau telah pergi untuk tak bersamaku lagi. Kau lebih memilih menghindar untuk bersama temanmu yang lain. Maafkan, maafkan sahabat…… jika kau terlalu lelah untuk mendengar semua pupus, sedih, dan kecewaku. Semoga Allah makin sayang, dan tetap menjaga hidayah keimanan milik kita. Allah, kutitip ia yang milik Mu…. Tetapkan ia dalam kebahagiaan. Beri aku keteguhan Rabb dalam mencintai saudariku. Semoga akan ada sepakat seperti ukhuwah yang dulu.
Senja ini, kutunggu dirimu dalam bait rindu,
Teruntuk, ukhti Fillah; Dhiya Fathiyyah~~~~
Kenangan bersamamu
Tak kan kulupa
Walau badai datang melanda walau bercerai jasad dan nyawa
Mengapa kita ditemukan
Dan akhirnya kita dipisahkan
Mungkinkah uji kesetiaan
Kejujuranku penguat iman
Tuhan beri kendakku kekuatan
Mungkinkah kita terkupa
Tuhan ada janjiNya
Bertemu berpisah kita
Ada rahmat dan kasihNya
Andai diuji terangilah taman kesabaran
Pergilah gelita, hadirlah cahaya
Nasyid ini tengah menggugah jiwa dan keseluruhan perasaanku saat ini. Mungkin sudah terlalu sering kuceritakan tentang saat yang paling membuat aku bahagia. Ya, MASA SMP ku. Waktu-waktu yang paling aku syukuri hingga kini. Masa itu terlalu cepat berlalu. Namun bekasnya masih mengharu rindu tak terselesaikan.
Jika kau tanya kenapa aku menyukai segala dimensi yang berhubungan dengan masa itu, aku hanya bisa mengatakan “Aku Suka, aku cinta, aku bahagia.”
Aku ingat masa itu. Saat aku masih didera kebingungan untuk mencari seorang sahabat. Tak terlalu mengerti sebenarnya makna dari kata sahabat. Berdasarkan pengalaman beberapa orang, sahabat akan membuat kita selalu bahagia dengan kata yang mengundang senyum dan tawa. Seseorang yang pertama menemuimu dan menghibur saat jatuh tangismu. Hebatnya, sahabat itu katanya orang yang selalu sedia dan setia. Peduli apalah aku tentang hal itu. Aku hanya ingin punya seorang sahabat seperti kata kebanyakan orang. Bisa menghibur di saat duka melanda. Sepertinya alasan itu cocok dengan kondisiku. Aku orang yang terlalu sering menangis. Bahkan terlalu cengeng.Tentu ada saja karena bidikan-bidikan yang memancing jatuhnya bening-bening kesedihan dari ujung kisut mataku. Ntah karena pertengkaran dengan adik kecilku, dimarahi ummi atau abiku, disinggung teman-teman,atau kekesalan dan kekecewaanku pada guru-guruku.
Satu hal yang masih kukenang dalam pencarian seorang sahabat. Aku pernah menuliskan persentase kandidat yang akan menjadi sahabatku pada diari kumalku. Jika saja ada perubahan berupa kebaikan atau pun keburukan dari masing-masing kandidat, maka akan mempengaruhiku untuk menaikkan atau menurunkan angka persennya. Bahkan hal itu berlangsung lama. Hingga akhirnya akhirnya aku menemukan seseorang yang sepertinya sangat cocok dengan kriteriaku. Anehnya pertemanan yang terbilang dekat itu, belum secara pasti ada kata “KITA SAHABAT”. Terlalu malu aku mengatakan hal itu pada dirimu. Begitu pun dirimu. Namun lama kelamaan kita menyadari bahwa sesungguhnya kita adalah sahabat. Meski kita tak pernah menyatakannya secara eksplisit. Hanya kesadaran yang timbul secara mandiri.
Ia sahabat yang banyak membawaku pada kebaikan. Selalu mengingatkan untuk lakukan atau hindari suatu tindakan. Layaknya, luasn makna nama yang dimilikinya. Aku mencintai persahabatan ini. Banyak perubahan mengarah pada keshalihan pribadi dan spiritual yang kurasakan. Begitu luasnya makna yang tetap tersampaikan meski akhirnya kami terpisahkan.
Amat banyak lautan makna dari seorang sahabat. Utamanya yang bisa menuntunku akan keindahan bersama Allah. Aku masih ingat semuanya. Saat kita berkejar-kejaran menuju masjid kala adzan, lantas memasuki shaf shalat terdepan. Saat kita berlomba tilawah di teras masjid ditemani semilir angin yang sepoi. Sewaktu ia membantuku mengoreksi hafalan qur’anku dan sebaliknya. Saat kita melakukan diskusi kecil, berbagi tawa, bertukar canda dan ceria. Saat kita duduk bersama menyelesaikan tugas-tugas berat dari guru kita. Saat kau sabarkan aku jika berkeluh kesah. Saat kau menggangguku jahil, dan saat aku membalasnya dengan nada-nada manjaku. Saat yang dulu, saat yang tak pernah kutahu semuanya akan terabadikan di langit hatiku.
Terpisahkan kini. Banyak perubahan dari diriku dan dirimu sahabat. Sungguh persahabatan itu ternyata yang buatku rindu kembali ingin menjajahi masa lalu. Sayaaang…………. Aku sangaaat merindukanmu. Tahukah kamu bahwa duniaku kini sepi tanpa seorang sebijak kamu yang memanduku. Tanpa seorang yang bisa kuamanahi untuk menuangkan segala asa dan kesedihanku. Tanpa seorang sahabat yang menjaga nyalaku. Tanpa seorang yang akan ingatkan aku saat aku terlupa. Terlalu sulit hatiku menaruh percaya pada sekelilingku.
Sayang…… perpisahan ini membuatku makin sedih. Pertemuan seminggu sekali saat les, rasanya belum terobati bersamamu. Kesempatan ini tetap aku manfaatkan untuk berbincang denganmu atas masalah-masalahku. Bisakah kau rasakan kesedihanku ketika aku lebih memilih duduk bersamamu dibandingkan bersama teman sekolahku. Kau tahu kenapa sayang??? Karena aku lebih memilih menghindari agar aku tak terlarut dalam perbincangan dosa. Meski aku belum bisa menghindarinya saat aku berada di bangku-bangku kelasku. Kau tak ada untuk menemaniku.Sayang….. saat kini aku ingin menemuimu dan duduk bersamamu di kelas les, kau telah pergi untuk tak bersamaku lagi. Kau lebih memilih menghindar untuk bersama temanmu yang lain. Maafkan, maafkan sahabat…… jika kau terlalu lelah untuk mendengar semua pupus, sedih, dan kecewaku. Semoga Allah makin sayang, dan tetap menjaga hidayah keimanan milik kita. Allah, kutitip ia yang milik Mu…. Tetapkan ia dalam kebahagiaan. Beri aku keteguhan Rabb dalam mencintai saudariku. Semoga akan ada sepakat seperti ukhuwah yang dulu.
Senja ini, kutunggu dirimu dalam bait rindu,
Teruntuk, ukhti Fillah; Dhiya Fathiyyah~~~~
4 komentar:
Postingannya bagus, ukht. Kerinduan. Persahabatan. Romantis. ^_^
Merinding membaca setiap katanya.
tertanda,
gulunganpita
p.s sudah saya follow, ukht. follback ya. syukron
Syukron.... ^_^
terima kasih udah mau baca :D :D
Hehe.... sahabat memang paling wokee...
--------------------------------
blog ukhti jga udah sya follback.
bukan sekadar sahabat, tapi saudara di jalan Alloh yg didambakan ukht..
ejejjee
Les semnggu sekali? maksudte ukti silaturahim kah?
jika ku ingat persis dugaanku spti ini.
Yup bersistem mngkin lebh dari sahabat.
bimbel bneran mba'...
wktu itu kjadiannya aq msih SMA klas 3... :D
Post a Comment