Monday, September 26, 2011

Sebuah Bintang dan Senandung Harakah



Dulu, di bayang-bayang sembilan tahun yang lalu, di ruang yang lumayan sempit. Bisa dibilang sebuah lokal kelas, yang  saat itu cukup menampung diriku dan teman-teman yang jumlahnya sekitar 30-an orang. Dengan bangku warna coklat, kursi terbilang pendek, kami para murid-murid yang lucu dan imut tengah duduk manis mendengarkan penuturan seorang ustadzah yang kami sayangi.

Seorang ustadzah yang lembut perangainya, halus perasaannya, besar semangatnya, jua sabar menatap kami penuh cinta. 

"Hari ini........" , tuturnya. 

Membuat kami menatap penasaran dan penuh tanya. Belajar ngga ya? Benakku berbisik. Semoga ngga deh. Ustadzah pasti udah punya kejutan kalau udah buat penasaran. Asiiiik....

Temen-temen ko yang loadingnya cepat, udah langsung jawab. "Ustadzah, ustadzah.... kita ngga belajar kan ya? Kita mau ngapain? ayo ustadzah, jangan lama-lama. Nanti waktunya habis lhoo...". Ugh... dasar ya anak kecil, tau aja kalo ngga belajar harus cepet-cepet.

"Ups, kalian sabar dulu deh, ustadzah belum selesai ngomongnya. Nanti ngga jadi kalo kalian ngga sabar." 

Spontan kami berteriak, "Jangan ustadzah, jangan!! Ustadzah udah janji. Hayooo.... Kami janji mau dengerin duluu."

"Alhamdulillah, nah... gitu dong... Hari ini, ustadzah mau ngajarin kalian nasyid, nanti yang udah hafal duluan ustadzah kasih bintang. Okee?"

"Okeeeeee ustadzaaaah.....!"

Hai mujahid muda
Maju kehadapan
Sibakkan penghalang, satukan tujuan
Kibarkan panji islam dalam satu barisan
Bersama berjuang kita junjung keadilan

Jangan bimbang ragu
Tetaplah melaju
Hapus bayang semu di lubuk hatimu
Bergerak ke depan bagai gelombang samudra
Lantakkan tirani runtuhkan angkara murka

Majulah wahai mujahid muda
Dalam satu cita tegakkan keadilan
Singkirkan batas satukan kata
Kebangkitan islam telah datang

Nah, itu dia lirik nasyid yang saat itu ngga sekali pun aku menggali dalam-dalam maknanya, kecuali hanya untuk dihafal dan mendapatkan bintang. Hehe... Aku ingat saat itu untuk menyenandungkannya, kami harus mengangkat kepalan tangan seperti saat bertakbir. Subhanallah.... Indahnya saat itu, saat kita berada dalam satu suara. Tanpa kebisingan lain selain sibuk melafalkannya. 

Sekarang, saat kuputar ulang nasyid ini, aku baru menyadari maknanya luar biasa sekali. Ada sebuah semangat yang membara dan membakar jiwa. Bait-baitnya membuat kita tanpa sadar bermujahadah (mengoptimalisasikan) sebagai generasi muda islam. Menyadarkan kita, ntah sudah berapa besar kontribusi tangan, kaki, pemikiran, gagasan yang tertuang untuk agama mulia ini. Mengingatkan bahwa masih sedikit sekali niatan kita untuk mengintrospeksi kekurangan (bermuhasabah) kita dalam barisan ukhuwah. Untuk menasihati dalam kebaikan? Rasanya kita sudah bermalas-malasan dan bersikap acuh tak acuh kepada saudara saudari kita. Tidak ingatkah kita bahwa Allah menjadikan kita sebagai sesama muslim untuk bersaudara?

Bersaudara itu indah, bersaudara itu barakah. Bersaudara itu menundukkan ego masing-masing dan memilih satu jalan yang telah dimufakat. Bersaudara itu menuntun yang letih, menguatkan tongkat azzamnya dan berjalan bersama dalam keimanan, bukan berlari sendiri mencuri strategi. Bersaudara itu membersihkan duri-duri kesalahan saudara kita dan membuangnya di keranjang keikhlasan. 

Rasanya pilu hati ini saat mendapati barisan-barisan yang kini telah rapuh. Bukan termakan usia sebabnya, tapi terbakar api amarah, dikompori oleh ghibah, diasapi oleh iri, dengki yang asapnya semakin membumbung. Innalillah... 

Ya Rabbi.... Yang Maha Lembut.... Lembutkan hati kami selembut sutra keihklasan. Yang Maha Pemaaf.... Maafkanlah segala kesalahan kami dan murahkanlah kami untuk memaafkan.... Yang Maha Mempersatukan Hati.... Satukanlah hati kami dalam shaf-shaf keimanan, saling menguatkan dalam kebenaran, saling mendo'akan di tiap munajat penghambaan....

Mari kita songsong kembali kebangkitan islam dan berkontribusi lebih banyak dengan apa pun potensi dan kebaikan yang kita miliki mulai saat ini juga. Jika seorang dokter, dokter yang arif dan penuh perasaan. Jika seorang entrepreneur, entrepreneur yang menciptakan wahana ekonomi keislaman yang sehat. Jika seorang programmer, programmer yang produktif. Jika seorang penulis, penulis yang inspiratif, reflektif dan banyak mengangkat tema-tema baru yang lebih variatif. Jika seorang mahasiswa, mahasiswa yang aktif dalam pergerakan-pergerakan dakwah dan berkontribusi aktif. 

Keep Hamasah Ikhwah Fillah.....!!!!



-Thanks for my beloved teacher : Ustadzah Intan Baiduri Ambarita, for your attention, your love, your motivation, your star, and the last, for drapery pencilbox that you've give for me -
 _Wish Allah always loving you, mom_

3 komentar:

Anonymous said...

yup, jaga selalu semangat dan istiqomah,
karena jalan ini masih panjang dan terasa berat.

`Bismillah...

Sam said...

Semoga senandungnya tidak melenakan diri ini sesaat saja yaaa.....

keep fighting for a better life.. :)

Mae said...

@Bang Dimas: yap, selalu semangat...!! Bismillah wa tawakkaltu 'alallah...

@Bang Sam: aamiin... syukron :)

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah