Thursday, November 14, 2013

Untuk Sebuah Misi

               

                  Judul yang saya pilih dan inti yang akan saya tulis ini hadir saat siang hari saya tengah tertidur dan kemudian terbangun karena suara bising yang membangunkan saya. Oh, ternyata sekelompok anak saman sedang latihan dengan sedikit tambahan ‘part’ dari biasanya. Kali ini ada rasa yang berbeda saat saya menyaksikan kehebohan teman-teman saya berlatih saman. Ada hawa semangat yang menggelora, ada keceriaan yang mengalir di tengah keletihan menepuk-nepuk bagian-bagian tubuh mereka sehingga menghasilkan irama yang nyaman bersamaan dengan lagu2 aceh yang mereka nyanyikan.

                Yah, tahulah dibalik setiap kelompok yang berhasil atau di balik acara yang sukses, serta dibalik kemenangan atas pertempuran yang hebat selalu ada pemimpin yang luar biasa yang memiliki kemampuan memimpin, membina dan mengkoordinasikan antar anggotanya dengan amat baik. Menurut saya, saman tergolong UKM yang amat sulit untuk dibentuk dan dipertahankan, apalagi di tengah kondisi mahasiswa kedokteran yang punya banyak kesibukan. Memang tidak ada alasan kesibukan bagi orang-orang yang punya keyakinan berlebih untuk menjalankan suatu misi. Apa pun bias jalan dan dipertahankan dalam titik yang optimal.

                Itulah Ida, sesosok di antara sekian banyak manusia yang bias menggerakkan citanya berjalan menjadi realita. Mungkin sulit pada mulanya untuk membuat saman jurusan kedokteran di angkatan kami memiliki nama yang begitu mencuat tak hanya di lingkungan jurusan tapi se-universitas. Terlebih lagi kelompok saman yang kondisinya tidak mungkin memberi ruang untuk kecolongan satu orang saja di setiap jadwal latihannya. Satu hilang latihan akan sangat sulit atau bahkan tidak akan dilakukan secara utuh. Subhanallah..!!

                Saya belajar banyak dari Ida yang selain kesibukannya di saman dan organisasi CIMSA local ia tetap bisa optimal menjalankan proses akademis di kampus, aktif di kelas dan bisa independen dalam mempertahankan prinsipnya. Contohnya saat suatu pelajaran kuliah yang serin dianggap tidak penting oleh kebanyakan teman, ia tetap menjadi orang yang berpartisipasi aktif untuk mendengarkannya.

             Lalu bagaimana dengan misi kita saudaraku..? Kapankah kita akan membumikannya menjadi realita? Akankah kita selamanya tertahan dalam ruang ketidakmungkinan menjalankan misi kita yang mungkin jauh lebih baik dan lebih besar dari itu?

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah