Untuk Sebuah Misi
Judul yang saya pilih dan inti yang akan saya tulis ini
hadir saat siang hari saya tengah tertidur dan kemudian terbangun karena suara
bising yang membangunkan saya. Oh, ternyata sekelompok anak saman sedang
latihan dengan sedikit tambahan ‘part’ dari biasanya. Kali ini ada rasa yang
berbeda saat saya menyaksikan kehebohan teman-teman saya berlatih saman. Ada
hawa semangat yang menggelora, ada keceriaan yang mengalir di tengah keletihan
menepuk-nepuk bagian-bagian tubuh mereka sehingga menghasilkan irama yang
nyaman bersamaan dengan lagu2 aceh yang mereka nyanyikan.
Yah,
tahulah dibalik setiap kelompok yang berhasil atau di balik acara yang sukses,
serta dibalik kemenangan atas pertempuran yang hebat selalu ada pemimpin yang
luar biasa yang memiliki kemampuan memimpin, membina dan mengkoordinasikan
antar anggotanya dengan amat baik. Menurut saya, saman tergolong UKM yang amat
sulit untuk dibentuk dan dipertahankan, apalagi di tengah kondisi mahasiswa
kedokteran yang punya banyak kesibukan. Memang tidak ada alasan kesibukan bagi
orang-orang yang punya keyakinan berlebih untuk menjalankan suatu misi. Apa pun
bias jalan dan dipertahankan dalam titik yang optimal.
Itulah
Ida, sesosok di antara sekian banyak manusia yang bias menggerakkan citanya
berjalan menjadi realita. Mungkin sulit pada mulanya untuk membuat saman
jurusan kedokteran di angkatan kami memiliki nama yang begitu mencuat tak hanya
di lingkungan jurusan tapi se-universitas. Terlebih lagi kelompok saman yang kondisinya
tidak mungkin memberi ruang untuk kecolongan satu orang saja di setiap jadwal
latihannya. Satu hilang latihan akan sangat sulit atau bahkan tidak akan
dilakukan secara utuh. Subhanallah..!!
Saya
belajar banyak dari Ida yang selain kesibukannya di saman dan organisasi CIMSA local
ia tetap bisa optimal menjalankan proses akademis di kampus, aktif di kelas dan
bisa independen dalam mempertahankan prinsipnya. Contohnya saat suatu pelajaran
kuliah yang serin dianggap tidak penting oleh kebanyakan teman, ia tetap
menjadi orang yang berpartisipasi aktif untuk mendengarkannya.
Lalu
bagaimana dengan misi kita saudaraku..? Kapankah kita akan membumikannya
menjadi realita? Akankah kita selamanya tertahan dalam ruang ketidakmungkinan
menjalankan misi kita yang mungkin jauh lebih baik dan lebih besar dari itu?
0 komentar:
Post a Comment