Wednesday, September 7, 2011

Diantara SHAF Malaikat



Saya tertegun saat membaca judul novel di atas. Penilaian orang mungkin berbeda-beda terhadap kualitas buku. Tapi menurut saya, saat ini yang bisa menjadi ketertarikan seseorang untuk membeli sebuah buku adalah Cover, Judul, Penggalan Tulisan (biasanya di tulis di belakang buku), serta testimoni orang-orang ternama.

Firstly, waktu baca buku ini, awalnya membosankan. Bagi saya terlalu banyak deskripsi yang mengalami pengulangan. Dimulai dari bab prolog hingga bab ke empat atau lima. Namun berangkat ke bab selanjutnya, saya semakin tertarik untuk menyelesaikannya. Saya sendiri, bisa selesai melahapnya dalam dua hari.

Banyak hikmah yang bisa digali. Banyak pelajaran yang bisa diperoleh. Ada kekuatan penulis untuk mengajak pembaca seolah turut merasakan apa yang dirasakan oleh pemeran utama. Utamanya saat konflik mulai mencapai klimaks. Meski di awal, saya merasakan ritme yang datar dalam penulusuran kisah. But, saya merasa cocok membacanya. Karena kisahnya juga menceritakan tentang bagaimana perjuangan seorang tokoh utama ingin memperoleh kebanggaan dengan menjadi seorang penulis. Sehingga saya merasa diajak untuk berpikir kembali tentang niatan awal kita dalam menulis.

Novel ini mengisahkan tentang semangat hidup seorang Hanif Al-Masyhur. Pemuda yang dilahirkan dari kedua orang tua yang berbeda keyakinan. Ayahnya seorang katolik. Tapi Gadungan. Perihal ini telah diketahui Hanif saat ia memperhatikan ayahnya yang jarang sekali pergi ke gereja. Namun lain halnya dengan seorang ibu yang merupakah muslimah yang taat. Seringkali Hanif melihat ibunya terbangun di sepertiga malam yang sunyi, lantas menghidupkannya dengan bersujud keharibaanNya. Sering pula didengarnya alunan sejuk dan merdu ketika ibunya tengah membaca surat cinta dari Tuhan.

Keteladanan seorang ibulah yang akhirnya membulatkan tekadnya memilih islam sebagai diinnya. Untunglah sang ayahnya memberikan kebebasan. Bahkan keislamannya pun diikuti oleh ayahnya sendiri, kakaknya Hambali dan Adiknya Haris.

Hanif mulai banyak mempelajari banyak hal tentang agama islam dari Ibunya. Namun sebuah rencana lain telah dipersiapkan Sang Pencipta. Ibunya telah mendahului mereka, meninggalkan Hanif yang masih saja dahaga akan keluasan ilmuNya. Ia terus ingin belajar lebih banyak, walau dalam keterbatasan financial yang menyiksa. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk mencari ilmu ke beberapa pesantren dengan sepeda bututnya dalam jarak tempuh berkilo-kilo meter.

Di sisi lain, Hanif seperti kekurangan figur untuk dicintai oleh seorang wanita seperti ibunya. Diam-diam sejak lama ia telah mencintai seorang wanita bernama Ken Umi. Untuk membuktikan cintanya itulah, akhirnya ia memutuskan untuk bertarung hidup di Ibukota demi mewujudkan mimpinya.

Pada awal kedatangannya, berbagai kesan akan kejamnya Jakarta memang telah terbukti. Bahkan untuk sekadar bertanya alamat tentang kos terdekat saja, makhluk-makhluk keras itu tak pernah berempati untuk menjawabnya. Yang ada hanya celotehan kasar seolah menggampar-gampar. Untunglah, pada akhirnya ia dipertemukan dengan orang pertama yang kelak akan menjadi sahabatnya. Pertemuan itu berlangsung tatkala Hanif tengah melaksanakan amanah gurunya untuk selalu memelihara rumah Allah. Sebuah mushalla pertama yang ditemuinya. Keadaanya begitu memprihatinkan. Debu, sampah, kertas, plastik berserakan di mana-mana. Sarang laba-laba turut menambah hiasan di pojokan-pojokan bangunan kusam itu. Lembaran-lembaran mushaf berlepas-lepasan dari induknya. Sungguh, sangat memilukan bagi Hanif. Sebuah semangat baru tengah melonjak di jiwanya untuk kembali meramaikan masjid. Berharap bersama untuk berada diantara shaf malaikat.

Kelak akhirnya, ada seorang janda bernama Listiyanti yang menaruh hati padanya. Tapi, Hanif sama sekali tak bergeming. Cintanya pada Ken Umi benar-benar telah membutakan hati dan pikirannya. Padahal tak hanya Listiyanti yang menyimpan rasa itu. Seorang lainnya adalah Fatmawati, seorang gadis cantik yang sedang berkuliah pada salah satu universitas islam ternama di kota itu.

Ah, kasihan sekali Hanif. Bombardir setan terus-terusan menghasutnya atas nama cinta. Hidupnya pun kini benar-benar fluktuatif. Terlalu banyak goncangan dan angan-angan. Padahal dulunya ia adalah seorang pemuda yang alim lagi cerdas.

Bagaimanakah kelanjutan kisah Hanif selanjutnya?? Apakah ia mampu membuktikan cintanya?? Atau, kegagalan bersama cintalah yang memeluknya hingga akhir hayatnya??? Simak lanjutan kisahnya dengan membaca novel ini........... ;)

7 komentar:

ROe Salampessy said...

wow.. reviuw yang mantabs..! saya jadi tertarik membacanya..!

googling dulu ahh siapa penulisnya. :)

Muhamad Ratodi said...

hmm..novel yang menarik nih..apalagi nama tokohnya mirip sama nama anak saya..:D

Tarbawia said...

Makin inovatif ya novel-novel islami sekarang. Jazakillah khair telah berbagi

Salam ukhuwah

Mae said...

@bang ROe: permulaan kisahnya sedkit membosankan. Terlalu banyak deskripsi yg diulang-ulang. Tapi seru klo dibaca sampe habis. Ngomong2 penulis y, ngga prlu googling... kan di gambar covernya udh ada nama pnulisnya. Muhammad B. Anggoro

@mas todi: wah.. kbetulan kalau bgitu...

@Admin BeDa: Btul,btul,btul

Irma Devi Santika said...

wah menarik.. nambah lagi referensi buat beli buku.
perjuangan tentang ingin mengenal Allah SWT dan agamanya.

jadi teringat sebuah kalimat yg selalu terlintas "apakah jika saya terlahir bukan dari rahim seorang ibu yang muslim, atau bapak serta keluarga yang bukan muslim akankah saya mencari siapa Tuhan saya yang sebenarnya?"

Gulunganpita said...

Bisa dimasukin daftar beli ni bukunya...
nabuung nabuung .. hehe

terima kasih riviunya ya ..

Mae said...

@Mbak Irma: Wah, keren tuh kalimatnya mbak?? Semoga kita juga tetap selalu semangat mempelajari agamaNya :)

@Mbak Fitri: Ayo-ayo... dibeli-dibeli.... hehe...

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah