Catatan Kecil Pasca Dialog Kebangsaan: "Lika-Liku Mahasiswa, Mencari Keharmonisan dalam Gerak"
Sedikit pembuka berupa cerita saya mendapatkan informasi mengenai adanya agenda ini. Awal mula saya mengenal sosok beliau adalah dari buku yang diperkenalkan oleh kakak kosan saya: Inspiratia Flava: Cita Rasa Kampus Madani. Sebuah buku yang lumayan berhasil membuka paradigma saya mengenai dakwah (menyeru) kepada keindahan islam di dunia kampus. Jujur saja, saya bukan anak pesantrenan yang sering diwarnai nilai-nilai islam sejak kecilnya, namun saya mulai terkagum-kagum pada teman2 SMA saya yang berani berprinsip islam - misalnya saja tidak mencontek saat ujian, dan prinsip lainnya.
Setelah mendapat rekomendasi buku tersebut, pikiran saya mulanya ingin mencari resume bukunya di internet, namun yang ketemu malah buku ebook gratis yang langsung disediakan oleh Uda Yusuf lewat blognya. Membaca beberapa lembar bukunya, membuat saya mengiyakan beginilah seharusnya kampus saya yang notabene ada label 'ISLAM' nya. Merasa buku tersebut ajaib menurut saya, akhirnya saya merekomendasikan dan menyebarluaskan ke beberapa teman saya yang lain. "Ada buku keren lho! Yang penasaran dan mau baca kirim email nya ke saya ya!"
Salah seorang teman saya dari fakultas dakwah yang menerima kiriman ebook dari saya dan baru membacanya akhir2 ini juga ikut tertarik membacanya, terlebih juga tertarik dengan pemikiran Uda Yusuf. Saya pun akhirnya mendapatkan info terkait adanya acara 'Diskusi Publik' bersama dua tokoh tersebut dari beliau. Thanks ya Intan :)
Oke, sekarang langsung masuk ke pembahasan diskusinya ya. Mohon maaf sebelumnya karena saya tidak mengikuti acaranya dari awal, tapi dari setengah perjalanan acara.
Awal berada di ruangan diskusi, pembahasannya adalah mengenai integritas pribadi. Integritas pribadi itu penting dibangun apatah lagi orang yang berkelindan di dunia organisasi. Integritas pribadilah yang nanti akan menentukan bagaimana cara kita memandang sebuah masalah dan sikap2 lainnya. Keduanya menekankan bahwa tidak ada model yang tepat terkait ini. Tidak ada model yang ideal. Cara masing2 individu untuk mencapai integritas pribadi yang sesuai dengan dirinya jelas berbeda2 dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang dan banyak kondisi lain. Namun yang ditekankan di sini adalah : "Jangan pernah takut untuk mencoba!" Justru masa muda itu digunakan untuk sebanyak2nya melakukan kesalahan agar nanti di masa tuanya yang tersisa hanya yang benarnya saja. Jangan malah sebaliknya, sekarang takut melakukan kesalahan karena ingin dianggap benar tapi malah nanti saat kita sudah memainkan peran semuanya berbalik arah menjadi serba salah.
Saat sesi tanya jawab seorang mahasiswi berjilbab biru muda menanyakan bagaimana agar kita tidak takut untuk melakukan kesalahan dan apa saja yang harus dipersiapkan oleh mahasiswi baru seperti dirinya. Shofwan Al Banna memaparkan bahwa kita harus berani menerima pengalaman yang tidak menyenangkan, karena hal itu bisa menjadi pelajaran bagi kita. Misalnya saja kita jadi tahu bahwa tidak semua kebutuhan orang-orang di sekitar kita bisa kita penuhi.
Sesuatu yang tidak menyenangkan itu pasti terjadi, tambahnya. Konflik itu pasti ada. Namun konflik itulah yang membuat kita menjadi saudara, saling memahami dan meluaskan hati. So, lakukan saja semuanya dengan gembira.
Selanjutnya Uda Yusuf menyampaikan bahwa kondisi ummat islam sekarang cendrung dibuai oleh romantisme kejayaan masa lalu. Kita bangga bahwa dulu Islam pernah mengenyam masa kejayaan tersebut namun tidak ada usaha kembali untuk mencapainya kembali. Di dalam mukaddimah karya Ibnu Khaldun -filsuf islam dijelaskan bagaimana dulunya bangsa islam mencapai peradaban gemilang tersebut karena adanya semangat yang besar dalam mengambil ilmu dari bangsa2 lain untuk diterapkan.
Uda juga menceritakan bahwa sekarang bangsa2 barat, terutama anak mudanya sudah mulai malas untuk mempelajari sains dan teknologi. Mereka cendrung disibukkan dengan sesuatu yang berbau aksesori seperti seni dan musik. Sementara itu bangsa kulit berwarna terutama yang didominasi oleh bangsa2 asia (Cina, India, dan Melayu) justru lebih semangat mempelajari dua ilmu dasar yang penting tersebut. Mereka sangat haus akan peradaban. Pada pembahasan ini, Uda memberi penekanan: "Ketika pendidikan dan industri mulai dilupakan oleh anak2 muda, maka saat itulah peradaban akan mulai runtuh."
Tahukah? Bahwa anak2 muda Bangsa Cina saja sampai rela mengutang agar mereka bisa kuliah di luar negeri dan bisa menerapkan ilmu selama kuliah tersebut untuk membangun peradaban bangsanya.Maka bukan mustahil semestinya untuk diterapkan pada anak2 muda Indonesia. Yang harus diingat adalah bahwa tujuan kuliah di luar negeri bukan hanya gengsi2an atau berangkat dengan niat menuntut ilmu saja kemudian pasca kuliah tak memberikan apa-apa. Tapi lebih dari itu. Harapan kedepannya adalah nantinya anak2 muda Indonesia yang kuliah di luar negeri mampu mengubah wajah Indonesia. Para pendiri bangsa menaruh harapan besar pada mahasiswa yang mempelajari 3 macam ilmu semasa kuliahnya: hard skill, soft skill dan life skill.
Suatu kelebihan yang dimiliki negeri ini untuk membangun peradaban tersebut adalah kondisi bonus demografis jika pemudanya bisa menjadi kekuatan produktif dan stabil secara mental. Sementara suatu hal yang masih kurang adalah masalah penguasaan bahasa asing untuk bisa menjemput ilmu menuju peradaban. Sebuah harapan besar diucapkan dari narasumber: "Saya memimpikan adanya Kampung Indonesia di luar negeri. Seperti adanya Kampung India atau pun Kampung Cina di beberapa negara di luar negeri."
Terakhir adalah pembahasan terkait pemilu di tahun ini. Bagaimana semestinya para pemuda memandang hal ini? Shofwan memaparkan kondisi sekarang banyak orang-orang baik yang tidak mau terlibat dalam politik. Hal ini sama saja dengan mereka membiarkan orang2 jahat untuk menguasai perpolitikan. Akibatnya citra politik akan semakin memburuk dan orang2 jahat akan semakin bebas dengan aksi2 mereka.
Saya suka pandangan Shofwan Al Banna menyikapi sikap apatis sebagian besar penduduk negeri ini: "Anda boleh saja membenci politik, tapi politik akan masuk ke rumah-rumah masyarakat Indonesia. Anda boleh saja golput, tapi hasilnya akan menentukan berapa banyak mahasiswa yang bisa kuliah di luar negeri, akan menentukan berapa banyak puskesmas yang dibangun, dll. Anda boleh tidak peduli terhadap politik, tapi politik akan mempengaruhi kehidupan anda.Karena politik akan mendefinisikan masa depan anda atau anda merelakan masa depan anda dipilihkan oleh orang lain."
Akhir acara ini ditutup oleh pembagian 2 buku karya kedua narasumber dengan syarat pesyampaian opini mengenai topik diskusi oleh peserta. Alhamdulillah akhirnya acara ini selesai dan banyak sekali wawasan yang membuka paradigma baru saya mengenai suatu visi. Mereka (orang-orang besar) itu tak lagi disibukkan oleh masalah sepele yang tak kunjung usai. Mimpi mereka bukan hanya untuk diri, kesenangan pribadi bukan tujuan utama lagi, tapi yang lebih penting adalah bagaimana mereka mampu menghadirkan narasi peradaban yang selama ini amat sulit dibayangkan menjadikan suatu kenyataan kelak bagi bangsa ini.
@PPSDMS Nurul Fikri, Lenteng Agung
Sabtu, 15 Februari 2014
0 komentar:
Post a Comment