Memahami Takdir Mu’alliq
Ada sesuatu yang masih bisa kita ubah dengan usaha yang
sungguh-sungguh. Itulah definisi dari takdir mu’alliq Nya. Takdir ini
sebetulnya justru menunjukkan bahwa Allah itu Maha Adil. Jika memang hambaNya
bersungguh-sungguh maka akan Allah pantaskan baginya apa yang diinginkannya.
Misalnya, seorang yang sakit maka cara yang logis agar Allah
memantaskan baginya kesembuhan adalah berobat. Ada nilai usaha bersamaan dengan
kepasrahannya. Begitu juga bagi pencari rezeki, maupun penuntut ilmu. Jika ia
ingin mendapatkannya. Kejarlah dengan sungguh2 dengan niat yang ikhlas.
Adapun kontra dari takdir mu’alliq adalah takdir mubram,
yang tidak bisa lagi diubah.
Tema takdir mu’allaq ini sepertinya menjadi jawaban dari
semua mimpi-mimpiku sejak dulu. Aku banyak sekali ingin mengusahakan sesuatu
namun tak memahami pentingnya usaha yang kuat ini.
Kini aku akan berusaha untuk merealisasikan mimpi2ku dengan
maksimalisasi takdir mu’allaqnya. Aku ingin jadi dokter yang professional, maka
sebisa mungkin mulai saat ini aku harus belajar setiap hari dan mencerna dengan
baik kasus demi kasus penyakit yang ada di pemicu maupun tidak. Harus berusaha
di atas rata2 kebanyakan teman2. Jika mereka hanya punya prioritas untuk bisa menyelesaikan
DK pada hari kamis, sumatif di atas angka tujuh, lolos OSCE SOCA, maka baik
bagi kita mengusahakan yang lebih dari itu. Terlebih lagi jika kita sudah mengetahui
bahwa problem kesehatan negeri ini tak sekedar masalah obat-mengobati. Ia
terikat dan terkait system. Maka menjadi hal yang penting juga untuk mengetahui
pemerintahan, politik, administrasi, lingkungan social, perkembangan teknologi
dan sebagainya.
Jika Allah ingin memudahkannya bagimu, maka kamu wajib
memantaskan diri J
Untuk harapan2 yang lain, aku ingin mulai menyemai bibit2
usahaku untuk beroleh ‘pantas’ dihadapanNya. Ingin jadi penulis ya menebar
manfaat lewat tulis secara rutin, ingin jadi hafizhah, maka tak cukup bekal ‘pernah
menghafal’ tanpa murojaah, jika ingin memberi manfaat lewat berbicara di depan
umum maka mulai berlatih bicara agar terdengar menyenangkan, jika ingin sembuh
maka berusahalah untuk berobat dan mencoba mencari rezekinya untuk menyembuhkan
penyakitku.
Nah, sembari berusaha, ada suatu hal yang tidak boleh
dilupa: Do’a. Do’a tak selalu memohon merengek2 agar dikabulkan segala ambisi.
Bahkan Yunus bin Mata dalam sebuah artikel yang saya baca dari blog ustadz
Salim A Fillah tidak meminta secara langsung apa yang diinginnya. Tidak
membayang-bayangkan apa yang dipintanya. Ia hanya mengakui ketidakberdayaan
dirinya dihadapan Allah Rabbul Izzati. Hingga akhirnya Allah jawab do’anya
dengan limpahan karunia yang membawa kejayaan.
“Berdo’alah menyeru Rabbmu dengan tadharru’ (merendahkan
diri) dan khufyah (memelankan suara). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang2
yang melampaui batas.” (Al-A’raf:55)
0 komentar:
Post a Comment