Tuesday, July 1, 2014

Memahami Takdir Mu’alliq

Takdir-big(29Sep11)


Ada sesuatu yang masih bisa kita ubah dengan usaha yang sungguh-sungguh. Itulah definisi dari takdir mu’alliq Nya. Takdir ini sebetulnya justru menunjukkan bahwa Allah itu Maha Adil. Jika memang hambaNya bersungguh-sungguh maka akan Allah pantaskan baginya apa yang diinginkannya.

Misalnya, seorang yang sakit maka cara yang logis agar Allah memantaskan baginya kesembuhan adalah berobat. Ada nilai usaha bersamaan dengan kepasrahannya. Begitu juga bagi pencari rezeki, maupun penuntut ilmu. Jika ia ingin mendapatkannya. Kejarlah dengan sungguh2 dengan niat yang ikhlas.
Adapun kontra dari takdir mu’alliq adalah takdir mubram, yang tidak bisa lagi diubah.
Tema takdir mu’allaq ini sepertinya menjadi jawaban dari semua mimpi-mimpiku sejak dulu. Aku banyak sekali ingin mengusahakan sesuatu namun tak memahami pentingnya usaha yang kuat ini.

Kini aku akan berusaha untuk merealisasikan mimpi2ku dengan maksimalisasi takdir mu’allaqnya. Aku ingin jadi dokter yang professional, maka sebisa mungkin mulai saat ini aku harus belajar setiap hari dan mencerna dengan baik kasus demi kasus penyakit yang ada di pemicu maupun tidak. Harus berusaha di atas rata2 kebanyakan teman2. Jika mereka hanya punya prioritas untuk bisa menyelesaikan DK pada hari kamis, sumatif di atas angka tujuh, lolos OSCE SOCA, maka baik bagi kita mengusahakan yang lebih dari itu. Terlebih lagi jika kita sudah mengetahui bahwa problem kesehatan negeri ini tak sekedar masalah obat-mengobati. Ia terikat dan terkait system. Maka menjadi hal yang penting juga untuk mengetahui pemerintahan, politik, administrasi, lingkungan social, perkembangan teknologi dan sebagainya.

Jika Allah ingin memudahkannya bagimu, maka kamu wajib memantaskan diri J

Untuk harapan2 yang lain, aku ingin mulai menyemai bibit2 usahaku untuk beroleh ‘pantas’ dihadapanNya. Ingin jadi penulis ya menebar manfaat lewat tulis secara rutin, ingin jadi hafizhah, maka tak cukup bekal ‘pernah menghafal’ tanpa murojaah, jika ingin memberi manfaat lewat berbicara di depan umum maka mulai berlatih bicara agar terdengar menyenangkan, jika ingin sembuh maka berusahalah untuk berobat dan mencoba mencari rezekinya untuk menyembuhkan penyakitku.

Nah, sembari berusaha, ada suatu hal yang tidak boleh dilupa: Do’a. Do’a tak selalu memohon merengek2 agar dikabulkan segala ambisi. Bahkan Yunus bin Mata dalam sebuah artikel yang saya baca dari blog ustadz Salim A Fillah tidak meminta secara langsung apa yang diinginnya. Tidak membayang-bayangkan apa yang dipintanya. Ia hanya mengakui ketidakberdayaan dirinya dihadapan Allah Rabbul Izzati. Hingga akhirnya Allah jawab do’anya dengan limpahan karunia yang membawa kejayaan.

“Berdo’alah menyeru Rabbmu dengan tadharru’ (merendahkan diri) dan khufyah (memelankan suara). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang2 yang melampaui batas.” (Al-A’raf:55)


0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah