Sudah Hebatkah Kita????
Dekade belakangan kini, kita bisa merasakan bnyak arus perubahan di masyarakat kita, terutama yang menyangkut masalah moral dan kebudayaan. Dan perubahan itu bukan hanya perubahan kecil yang bisa dianggap sepele, namun benar2 mrupakan prubahan yang sangat signifikan.
Masyarakat kita sekarang cendrung tidak pernah menghargai pendapat seseorang. Mungkin bisa kita lihat di lingkungan sekitar kita. Saat ada sseorang yang ingin menyampaikan pendpatnya, dengan seenaknya mulut kta mengatakan “Saya tidk stuju dengan pendapat anda.”. Bahkan yg lbih menyedihkan lgi, blum sempat pernyataan itu keluar, kita sudah mengklaim pendapat kita yg spantasnya diikuti, tanpa memikirkan bgaimana perasaan orang tersebut.
Jika dibandingkan dg etika bangsa kita sbelumnya yang selalu menghargai seseorang, masyarakat kini sungguh tidak dewasa dlam menilai keputusan. Begitu banyak contohnya permasalahan yg dialami oleh negara kita. Seperti permasalahan yg kerap kali menjumpai pemerintahan bangsa kita.
Apakah kita pernah berpikir untuk mencarikan solusi2 yg bermanfaat yg bisa mengembalikan kondisi sperti semula?? Sepertinya lisan kita kini selalu termotivasi untuk mengkritisi, mencerca, dan menghina. Kita tidak pernah mengetahui, terkadang susahnya seseorang menyelesaikan problem2 yg dialami. Dan dengan lancangnya kita mengatakan, “Ahh, bagaimana mereka itu! Urus masalah ini saja tidak bisa!!! Siapa suruh kemarin jdi politisi, birokrat atau yg lainnya.
Bukankah dg memberikan solusi permasalahan itu akan selesai teman??? tanpa harus mengungkit, mengungkit dan mengkritisi lebih jauh. Lebih baikkah kita dri orang yang kita kritik??? Sempurnakah diri kita hingga semuanya harus sesuai dg keinginan kita???
Sadarkah kita pula, bahwa sekarang media masa pun tak lepas dari bahasa mengkritisi, baik televisi, majalah, koran, dan media lainnya. Kita ambil contoh tentang kasus kriminal. Saat kita membaca, melihat, atau menontonnya, yang ada di pikiran kita pasti hanya ingin mengecam para prilaku kriminal. Tanpa ada suatu solusi, hikmah, atau pelajaran yg bisa kita dapat. Sehingga dg munculnya satu kasus kriminal terbaru, akan menjadi contoh bagi orang lain dan muncul berkelanjutan di tempat yg lain.
Semoga bangsa kita bisa berubah ke arah yg lebih baik. Baik persatuan atau ukhuwahnya, akhlak dan moralnya, agamanya, kecerdasannya, kemajuannya, birokrasi dan pemerintahannya, media masanya. Aamiin, aamiin ya Rabb. Mulai sekarang, bisakah kita menjaga lisan kita untuk tidak menyakiti??? Semoga dimulai dari diri kita sendiri akan membawa perubahan. Karena Allah sendiri juga menjanjikan di dlam Al-Qur’an. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum ia sendiri yg mengubahnya.”
Masyarakat kita sekarang cendrung tidak pernah menghargai pendapat seseorang. Mungkin bisa kita lihat di lingkungan sekitar kita. Saat ada sseorang yang ingin menyampaikan pendpatnya, dengan seenaknya mulut kta mengatakan “Saya tidk stuju dengan pendapat anda.”. Bahkan yg lbih menyedihkan lgi, blum sempat pernyataan itu keluar, kita sudah mengklaim pendapat kita yg spantasnya diikuti, tanpa memikirkan bgaimana perasaan orang tersebut.
Jika dibandingkan dg etika bangsa kita sbelumnya yang selalu menghargai seseorang, masyarakat kini sungguh tidak dewasa dlam menilai keputusan. Begitu banyak contohnya permasalahan yg dialami oleh negara kita. Seperti permasalahan yg kerap kali menjumpai pemerintahan bangsa kita.
Apakah kita pernah berpikir untuk mencarikan solusi2 yg bermanfaat yg bisa mengembalikan kondisi sperti semula?? Sepertinya lisan kita kini selalu termotivasi untuk mengkritisi, mencerca, dan menghina. Kita tidak pernah mengetahui, terkadang susahnya seseorang menyelesaikan problem2 yg dialami. Dan dengan lancangnya kita mengatakan, “Ahh, bagaimana mereka itu! Urus masalah ini saja tidak bisa!!! Siapa suruh kemarin jdi politisi, birokrat atau yg lainnya.
Bukankah dg memberikan solusi permasalahan itu akan selesai teman??? tanpa harus mengungkit, mengungkit dan mengkritisi lebih jauh. Lebih baikkah kita dri orang yang kita kritik??? Sempurnakah diri kita hingga semuanya harus sesuai dg keinginan kita???
Sadarkah kita pula, bahwa sekarang media masa pun tak lepas dari bahasa mengkritisi, baik televisi, majalah, koran, dan media lainnya. Kita ambil contoh tentang kasus kriminal. Saat kita membaca, melihat, atau menontonnya, yang ada di pikiran kita pasti hanya ingin mengecam para prilaku kriminal. Tanpa ada suatu solusi, hikmah, atau pelajaran yg bisa kita dapat. Sehingga dg munculnya satu kasus kriminal terbaru, akan menjadi contoh bagi orang lain dan muncul berkelanjutan di tempat yg lain.
Semoga bangsa kita bisa berubah ke arah yg lebih baik. Baik persatuan atau ukhuwahnya, akhlak dan moralnya, agamanya, kecerdasannya, kemajuannya, birokrasi dan pemerintahannya, media masanya. Aamiin, aamiin ya Rabb. Mulai sekarang, bisakah kita menjaga lisan kita untuk tidak menyakiti??? Semoga dimulai dari diri kita sendiri akan membawa perubahan. Karena Allah sendiri juga menjanjikan di dlam Al-Qur’an. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum ia sendiri yg mengubahnya.”
0 komentar:
Post a Comment