Saturday, July 25, 2015

Iqra' bismi rabbika!



"Kalau mau baca textbook ya pake basmalah, bismillahirrahmanirrahim."

Petikan kalimat tersebut saya kutip dari dr.Djau, salah seorang dosen yang saya senangi karena beliau menjelaskan pelajaran faal secara lebih detil. Petikan kalimat tesebut kerap beliau ulang-ulang ketika kami melongo tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

"Kalian baca ngga sih di rumah? Ata bacanya ngga pake bismillah? Makanya kalau baca itu pake bismillah. Inget ayat yang pertama muncul itu bunyinya Iqra' bismi Rabbika. Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakanmu."

Dalam penjelasan panjangnya lagi beliau menambahkan bahwa ilmu apa pun itu bersumber dari Allah. Oleh karena itu ketika membaca kita harus membaca dengan nama Rabb yang memiliki ilmu tersebut.

***

Suatu kali pula saya pernah mendengar kisah tentang seorang mahasiswa yang selalu mengawali belajarnya dengan membaca Al-Qur'an.

***

Sebuah pepatah yang pernah saya dengar pula: "Seseorang itu tergantung dariapa yang dia baca."

***

Akhir-akhir ini ibu saya sering protes. "Mbak, adek itu bacaannya aneh-aneh. Ngga ada bacaan yang menambah keimanan."

"Hmm, iya sih bu." Saya mengiyakan sejenak. Saya sebetulnya tidak percaya kalau buku yang salah. Tapi terkadang pembacanya yang tidak bijak.

Pengalaman saya mulai mengenal buku dan kemudian jatuh cinta untuk membaca buku, saya merasakan hal-hal berikut:

1. Merasa keren
Siapa sih yang ngga merasa keren dapat sesuatu yang baru yang belum pernah didapat sebelumnya. Apalagi kalau orang-orang di sekitarnya ngga tau. Atau merasa apa yang dibacanya keren dan orang-orang di sekitarnya ngga banget. Sebagai pembaca kadang ngerasa sok keren juga. Biasanya kejadian ini dialami oleh pembaca tahap awal. Nah pembaca tipe ini kalau bacanya ngga pake bismillah, bisa aja keseret arus dari apa yang dibacanya. Makanya kadang kita perlu tahu latar belakang penulisnya juga. Supaya kita bisa memilah milih mana yang perlu diambil. Misalnya tentang manajemen waktu. Buku manajemen waktu yang ditulis oleh orang-orang nonmuslim tidak pernah ada yang menyertakan tentang shalat malam dalam tulisannya. Sebagian nonmuslim mencontohkan tidur yang baik adalah dengan porsi 8 jam sehari misalnya. Pembaca muslim yang baik tentu tidak akan mengambil pilihan yang mana yang enak, tapi yang mana yang paling baik dan sesuai dengan latar belakang agamanya.

2. Keinginan kuat untuk berbagi.
Kadang kita tidak puas mengetahui suatu hal baru yang menarik seorang diri. Ada keinginan untuk berbagi, menceritakan. Bahkan berulang-ulang kali. Seorang pembaca akan menceritakan jika ia merasa apa yang dibacanya adalah gagasan yang nice, punya muatan berbeda dari kebanyakan (anti maistream), sesuai dengan kondisinya dan berkelas menurut pengalaman-pengalaman sebelumnya.

3. Merasa tertantang.
"Gila, keren banget nih bukunya."
"Widiih, mantep banget nih penulisnya."
Jika sudah ya, dan ngerasa klop, pembaca akan merasakan di sinilah letak dunianya. Contoh, adik saya menyenangi buku-buku yang kontennya memuat crazy idea dan anti mainstream. Sejurus kehidupannya penuh dengan pilihan-pilihan anti mainstream. Misalnya ambil jurusan IPS saat SMA, pengen masuk filsafat saat kuliah, dst yang ngga banyak dipilih oleh orang-orang kebanyakan.

4. Ngga mudah digoyang.
Seseorang akan mudah dipengaruhi jika tidak memiliki ideologi yang kuat. Misalnya sekolah karena ikut-ikutan, pake baju ngikutin gaya kebanyakan, memeluk agama karena turunan. Coba aja orang yang sekolah karena ikut-ikutan, diajakin main ke sana kemari buat bolos, bisa aja dong dia ikutan kebawa. Tapi kalau dia tahu buat apa sekolah, dia bakal bilang "This is my way, friend! If you want to follow me, you can folow. But if you don't , i keep in my way." Itu baru soal sekolah aja. Gimana kalau soal kehidupan kita yang jauh lebih besar. Pasti sangat dipengaruhi oleh apa yang dia baca. Membaca membantu kita tetap pada pendirian kita karena akan menambah keyakinan atas apa yang kita pilih.

Especially for your religion. Betapa banyak orang di dunia ini berlomba-lomba membaca buku fiksi, membaca buku kuliah yang tebal dan buku-buku tentang cara meningkatkan skill. Tapi sedikit sekali yang membaca buku-buku keagamaan agar keimanannya semakin bertambah. Sedikit sekali yang membaca buku untuk memperbaiki ibadahnya dan agar hidupnya semakin berkualitas. Yaa, harus balance juga yang dibaca. Yang paling penting jangan sampai ngga ngaji ya :)

Nah, dari hal-hal di atas, bisa aja pembacanya terseret ke arah yang negatif. Misalnya merasakan kerennya, keren yang bikin jadi sombong dan paling benar berdasarkan apa yang dibacanya. Lebih menyedihkan jika membuatnya menutup telinga atas kebenaran-kebenaran dari orang lain. Naudzubillah. Semoga Allah menjaga kita dari yang demikian.

Nah, ada beberapa tips untuk para pembaca:
1. Awali selalu dengan menyebut nama Allah. Ngga susah kan? Tinggal baca bismillahirrahmaanirrahiim. Dengan membaca bismillah, semoga akan menundukkan kesombongan kita, meyakini bahwa segala ilmu yang akan kita baca adalah milikNya dan semoga akan diaplikasikan sesuai yang Allah inginkan.

2. Bersikap skeptis terhadap apa yang baru kita baca.
Ini penting, utamanya saat buku-buku yang kita baca belum kita kenali penulisnya. Saya mempercayai kadang buku bisa menjadi alat propaganda, apalagi buku-buku berbau sejarah dan pemikiran. Jika memang dari sumber yang terpercaya maka tidak ada salahnya. Atau kita membaca dua hal yang berlawanan dan memutuskan yang mana yang terbaik menurut akal kita. 

3. Tidak menerima mentah-mentah
Sama halnya dengan berita, apa yang ditulis di dalam buku amat sangat bervariasi, dan berbeda sumbernya. Misalnya saya baca buku A, disana dikisahkan tentang peristiwa X secara singkat dengan tokoh-tokoh yang disebutkan. Ternyata saat saya baca di buku B, kisah peristiwa X nya lebih lengkap dan ada tokoh yang lain. Ini sangat mungkin ditemukan saat kita menjelajah dari satu buku ke buku yang lain. Karena itu jangan saklek terhadap apa yang kita baca pertama kali. Bersikaplah terbuka dan pertimbangkan berdasarkan akal kita. Apakah perbedaan dalam kedua buku tersebut merupakan hal yang esensial? Atau hanya sekedar bumbu dari maksud yang ingin disampaikan penulisnya?

4. Sebisa mungkin pilih referensi yang terpercaya
Penting sekali saat membaca buku yang berkaitan dengan keyakinan, agama atau keilmuan. Misalnya buku tentang aqidah, fiqh, tafsir, hadits. Beberapa penulis berikut insyaAllah bisa dipercayai: Said Hawa, Sayyid Quthb, Imam Ghazali. Dalam bidang keilmuan misalnya kedokteran. Kita harus memilih referensi dari buku yang bisa dijadikan evidence based. 

Selamat membaca, semoga Allah memberi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi kita :)

sumber gambar: 

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah