Ketika keinginan kita belum sepenuhnya tercapai, pikiran-pikiran negatif mulai berselimpung mencari-cari kesalahan demi sebuah kesabaran.

"Ah.... wajar kalau saya tidak menang, bukannya ayahnya adalah penyelenggara lomba ini???"

Mungkin tak sepatutnya kita melakukan hal ini. Karena Allah sesungguhnya telah menetapkan sesuatu itu dalam takdirnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu 'Abdurrahman 'Abdillah ibnu Mas'ud ra, "..... kemudian Allah mengutus malaikat unntuk meniupkan roh kepadanya dan empat perkara yang telah ditentukan yaitu, rezeki, ajal, amal perbuatan, dan sengsara

Jadi sebagai muslim yang baik, tak perlulah kita meratapi kegagalan kita lebih jauh dan lebih mendalam. Yakinlah bahwa yang telah Allah tetapkan untuk kita adalah yang terbaik. Janganlah terlalu banyak menuntut yang baik menurut kita. Ada sebuah hikmah yang sebenarnya jauh lebih berharga dari nilai kegagalan.

Bukankah seseorang yang gagal jauh lebih termotivasi untuk lebih meningkatkan prestasinya dibanding orang yang terus-terusan berada dalam kesuksesan???

Mungkin ada sesuatu yang kurang kuat untuk diusahakan oleh kita. Mungkin adakalanya waktu yang ada belum diefisienkan semaksimal mungkin. Ataukah kemalasan yang terlalu meninabobokan kita dalam kesenangan sementara. Kesedihan yang berlarut-larut saat dirundung duka juga bisa memelaskan semangat yang telah ada.

Raihlah senyummu kini dan usaplah semua kesedihan. Bangun dan katakan "Aku siap MENANG ..!!!" Kembali lihat draft mimpi-mimpimu, cermati lebih jauh. Yakinkan dalam dirimu kamu bisa meraihnya. Tak perlu ada kesedihan untuk harga kegagalan. Tetap hargai usaha yang anda lakukan. Ada saatnya kita perlu mendapatkan sebuah motivasi yang berkelanjutan, agar kita tidak lalai. Jika perlu, revisi strategi yang telah dibuat agar lebih mantap.

Lihatlah muslim yang sukses, rata-rata mereka meraih kesuksesannya dalam kondisi keterpurukan. Ada seorang Syaikh Ahmad Yasin yang lumpuh, namun jiwanya mengguncang dunia dan menggegerkan musuh-musuh Allah. Nabi Yusuf yang gelar kesabarannya ia peroleh karena ujian bertahun-tahun lamanya.

Begitu banyak juga karya-karya besar yang monumental dihasilkan oleh orang islam dari balik jeruji besi. Lihatlah Sayyid Quthb, ia membujang, dipenjara selama bertahun-tahun dan berakhir di tiang gantungan. Namun Penjara telah menempa keimanannya, meningkatkan pengetahuannya, menggelorakan semangatnya dan menebalkan prinsip keyakinannya. Penjara menjadi sebuah lokasi perenungan yang-seperti kata Ibnu Taimiyyah-bathinuhu fihirrahmah wazahiruhu min qibalihil azab, didalamya terdapat rahmat sementara dari luar seperti tempat penuh siksa. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, yang menunjukan pengetahuan, perenungan, semangat dan keyakinan yang tak kunjung padam dari penulisnya.

Di balik penjara Mesir, ibnu Taimiyah telah melahirkan banyak karya dan ide-ide briliannyaa. Penulis sekaligus pejuang Zainab Al-Ghazali juga telah menggoreskan perjalanan hidupnya selama enam tahun di penjara semasa Pemerintahan Gamal Abdul Naser dalam bukunya yang lara: “Ayyamun min hayati.”

Dari tahun 1964 hingga tahun1966, HAMKA dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia. Selama di penjara, beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang menjadi karya ilmiah terbesarnya.

Subhanallah..... mereka mampu berkarya dalam kondisi yang tertekan. Bagaimana dengan kita???

"Jadilah seorang pemimpi karena keajaiban teknologi berawal dari mimpi. Pemimpi itu memiliki iman yang kuat dan semangat baja. Pemimpi itu selalu bangun pagi setengah jam sebelum subuh berkumandang. Pemimpi itu memiliki semangat, keinginan dan motivasi. Pemimpi itu mencurahkan semua daya untuk sukses. Pemimpi itu tidak takut gagal, karena semua harus dicoba. Pemimpi itu memegang tanggung jawabnya"

Referensi:
Hadits Arba'in
Buku Layang-Layang Kembalilah Pulang
Buku Zero to Hero
http://edukasi.kompasiana.com