Wednesday, April 6, 2011

Oh, Lima Paket........

Kian tersenyum saya saat menyaksikan pelajar-pelajar seangkatan saya yang begitu hebohnya menghadapi perubahan sistem Ujian Nasional. Mulai dari turunnya pemberitaan, antusiasme mereka sudah begitu tinggi untuk mmengikuti terus perkembangannya. Hingga sampai saatnya kini, ujian itu benar-benar akan ditetapkan melalui lima paket soal.


Berbagai kecemasan telah merampas wajah ceria mereka. Tindak tanduk pun sekarang mulai tak tentu arahnya. Makin panik dan semakin pelik saja kondisinya. Setiap hari pun yang dibahas hanya itu-itu melulu. "Kamu paket apa?" , "Siapa sumbernya???". Tak jarang ajang pertemuan dengan teman sebaya berbeda sekolah pun, hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi yang bagi saya sangat tidak logis.

Sebuah pembodohan yang banyak saya temui pada fase-fase ini. Tentunya melibatkan banyak operator dan kebijakan turut mengikuti.

Saya baru tahu, ternyata masing-masing sekolah berusaha untuk meningkatkan rerata nilai para siswa. Caranya: memberikan kelonggaran saat pengawasan ujian semester. Jika masih belum terpenuhi, sekolah akan berusaha meningkatkan keseluruhan nilai siswa. Jelas-jelas ini merupakan sebuah tindakan penipuan, meski terselubung. Amat kecewa saya saat mendapati bahwa guru yang seharusnya menjadi contoh dalam kebajikan, malah terus memacu siswanya untuk meningkatkan skillsight vision. Kejadian ini saya alami sendiri.

"Gimana hasil ujian kamu kemaren nak?? Lulus kan?"
"Do'ain aja bu..."
"Lihat-lihat dikit lah nak sama temannya, jangan kepedean sama jawaban sendiri. Cari juga banyak relasi."

Bener-bener deh, hancur hati saya mengalami sendiri kejadian tersebut. Percaya ngga percaya, memang begitulah faktanya. Sekolah pun sepertinya kelimpungan untuk mengikuti ujian peningkatan prestise. Yah... kira-kira mereka bakal bilang : "Siapa yang ngga bangga ngajar di sekolah favorit??"

Waktu-waktu yang tersisa kini pun malah digunakan untuk mempermulus jalannya aksi saat ujian kelak. Mulai dari memperluas relasi, menentukan sumber kunci, strategi dan segala hal-hal lain yang aneh menurut saya. Padahal ada baiknya jika digunakan untuk lebih memperdalam materi, mendekatkan diri pada Allah, memohon restu orang tua dan melapangkan hati.

Miris saat mengetahui hanya tinggal sebagian kecil guru yang berani menyatakan penolakan mereka terhadap permasalahan ini. Tapi, saya salut terhadap mereka. Meski hanya dengan membawakan sebuah analogi kehidupan mereka sebagai pengantar.

Salah seorang guru saya menyatakan; "Zaman dulu, orang merasa malu untuk menyontek. Kalau sekarang, nyata tidak malunya untuk menyontek. Belum lagi sebuah anime baru para siswa untuk turut serta melihat jadwal pengawasnya."

Sebuah fakta yang juga menyedihkan, bahwa orang-orang yang kontra terhadap kecurangan sering dianggap sebagai orang-orang sinting. Begitulah adanya. Kini kebenaran cendrung kepada keminoritasan. Yang salah menghimpun para moyoritas. Lalu pertanyaannya, kapan kebenaran tersebut dapat diterima???

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah