Saturday, June 4, 2011

Au Revoir Mes Amis.....



"When we say hello then we should be ready to say goodbay. We had a wonderful journey till we get here, and we have others waiting ahead. So let's get prepared. I'm gonna miss you so much"

Kata per kata, kalimat, hingga keseluruhan pesan singkat itu habis kubaca. Ada kesedihan yang mendera, ada harapan yang tak terkata, ada berbagai pesona menyelami kerinduan yang selalu menguak-nguak.

Tiga tahun yang lalu cepat sekali melanglang buana. Merunutkan berbagai kata, cerita, duka, tawa, asa dan perjalanan bersama. Berbagai perang rasa sering membayang-bayangi keutuhan jiwa. Namun semua daya selalu terusaha untuk sebuah bangunan megah yang tercipta.

Seruan kedua puluh siswa amat sangat memekakkan telinga, hampir memutuskan pita suara, menghadirkan sketsa wajah nelangsa, menyusutkan bensin kesabaran, dan cemas-cemas gentayangan. Badan-badan kecil bersuara raksasa. Tawa pun amat-amat menyiksa pendengarnya....

Terpikir pun, oleh para pejuang kebodohan, kelas macam apa ini??? Dengan ulah beribu-ribu, semacam serangan wabah ulat bulu. Tak lupa pun, dengan harga kehadiran amat jarang ditemukan angka genapnya. Semuanya telah hafal, sang pemilik motor tua atau korban tampal ban. "Ntah mau jadi apa kamu ini??", rengam guru tak berujung. "Aku tak suka belajar dipaksa." , sahutnya berbalik.

Lembar selanjutnya, tentang tiga idola tanpa rasa dosa. Seluruh keluarga sekolah ini pun tahu, kisahnya melegenda. Semua kesaktian ajaibnya tak elak dimakan masa. Jika tertanya siapa ahli dengan segala pesona memuakkannya. Jawabnya satu. Tri Sula. Tukang dari segala tukang. Tukang bolos, tidur di kelas, "pringkat atas", tukang telat, tukang babat, dan keahlian lainnya melanggar norma. Namun siapa sangka, mereka pun teridola nyata dalam sebuah bakat modern : Seni Musik. Masalah ini, semua akan memperebutkannya dalam ajang pembagian kelompok kesenian. Hahaha.... Jangan salah, jika dimintai untuk membantu masalah teknisi pertukangan mereka juga benar-benar berguna.

Etalase kelas ini memamerkan dua orang kunyil irit, gesit, yang tak terkatakan suaranya. Bisa dibilang bagus, pun sengak-sengak yang tak terurus. Dari kejauhan 20 meter nun jauh, ajaibnya masih menyisakan ruang dengar di udara. Tubuh keduanya yang ramping, kerap menggeliat ke sana kemari. Bila bosan mendera, ntah tak tau lagi mana gerangannya. Sangat profesional melawan kilau blitz kamera, menampilkan gerak-gerik mempesona.

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah