Ujian itu Cinta
Ah ya….. kini aku tersadar. Mulianya makhluk Tuhan tak terukur apakah ia seorang dokter atau seorang peminta.
Ah ya…. Aku tersadar…. Tak hanya seorang dokter yang mampu menyentuh tangan-tangan papa.
Ya, semua pasti bercita. Menjadi mulia, berakhlak, kaya, setia, mencinta, ataukah dicinta.
Yaa…ya…. Yang Maha Mengetahui selalu tahu caranya. Dengan cintanya, ia celupkan hamba-Nya pada sebuah celupan yang manis. Indah tangan-Nya mengatur. Nan akhirnya, tertuntunlah sang hamba untuk merasa, menilik, menyentuh, mengikhlaskan semuanya. Lalu mereguk hikmahnya dengan nikmat.
Subhanallah, indah, suci bimbingannya. Ia pastilah tau seberapa kuat iman hamba-Nya. Tahu pula caranya bagaimana agar seorang hamba kembali mengorbit dalam garis edarnya. Tak memotong kanan kiri, yang bukan orbitalnya.
Dengan Rahman dan RahimNya, Ia jatuhkan pilihan kepada kita. Bukan karena kehinaan kita, atau pun kealfaan kita, atau kesialan kita. Tapi karena Hakiimnya Ia, Bijaksana. Ujian adalah anugrah terindah untuk merangkul kemuliaan. Memupuk kesabaran, memelihara kesyukuran, berteman dengan teman kesabaran.
Lihatlah…. dengarlah…. Surat Cinta Nya…..
“Apakah kamu mengira bahwa kamu telah beriman padahal belum nyata ujian bagimu?”, selalu jadi firman terindahNya bagi hamba yang dicintaiNya.
Simaklah kisah berikut ini.
Dikisahkan pada suatu ketika Khabbab bin Al-Aratt radiyallahu’anhu menemui Nabi. Saat itu beliau mengurung tubuhnya dengan jubah dan bernaung di bawah bayangan Ka’bah. Keadaan sangat mencekam karena ummat muslim mengalami intimidasi dari kaum musyrikin.
Khabbab berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak berdo’a kepada Allah?”
Rasulullah saw. duduk dan mukanya memerah seraya berkata, “Orang-orang yang beriman sebelum kalian, ada yang tubuhnya disisir dengan sisir yang terbuat dari besi, sehingga seluruh dagingnya hancur. Namun siksaan itu tidak membuat mereka berpaling dari agamanya. Ada pula yang digergaji dari pertengahan kepalanya hingga tubuhnya terbelah menjadi dua, tapi siksaan itu tidak membuatnya berpaling dari agamanya. Sesungguhnya Allah akan menuntaskan perjalanan agama ini, sehingga seorang musafir dari Shan’a ke Hadhramaut tidak takut apa pun kecuali Allah.”1
Lalu, bagaimana dengan kita? Telah sanggupkah jiwa kita menerima segala uji yang terkadang hanya sebutir pasir?
Berikut, beberapa cara menghadapi masalah berdasarkan Al-Qur'an. Dikutip dari message SPIRIT HATI di facebook.
KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU
IDAM-IDAMKAN?
•Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah:216)
KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
•Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah:286)
RASA FRUSTASI?
•Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Al-Imran:139)
BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?
•Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali-Imran:200)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. ( Al-Baqarah:45)
APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.( At-Taubah:111)
KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
•Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal. (At-Taubah:129)
AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!
•dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf:87)
•Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (An-Nisaa':86)
(1 Diriwayatkan oleh Bukhari, no.3852, kitab Al-Manaaqib, bab “Maa Laqiyan Nabi saw. wa Ash-Haabuh”, dan Ahmad vol.5 hlm 109)
2 komentar:
Keep HAMASAH, Keep ISTIQOMAH
Barokkallah fii Ramadhan...
Keep HAMASAH and ISTIQAMAH too
Waiyyakum fii hadzassyahr..!!!
Post a Comment