Friday, April 5, 2013

Semangat di Jalan Cinta



Apa kabar dunia...???
Rasanya sejuk sekali menatapmu hari ini, di saat aku merasakan kenikmatan melalui istirahat yang meski sempit, semoga membuatku bahagia dan dapat menggali kembali semangat juangku...

Duniaku, kali ini aku ingin bercerita, bahwa aku tak ingin jatuh bangun itu karena kelalaianku. Aku lebih menerima jatuhnya jika aku telah melalui usahaku sepenuhnya. Karena sekarang aku membenci keluguanku yang dulu. Tak peduli apa semua menyenanginya. Aku ingin menjadi jiwa-jiwa yang baru, dari objek yang didakwahi menjadi subjek dakwah. Dakwah sebagai sesuatu yang menjadi prinsip seumur hidup menceritakan rahmat islam kepada semuanya. Bahwa dakwah itu bukanlah merupakan sesuatu yang mengerikan. Tapi memang sesuatu yang diwajibkan untuk diwarisi: agar generasi setelah kami mampu mengenal siapa Rabb mereka seutuhnya.

Maka, ketika kuasa Rabb yang terselubung dalam tubuh ini telah kukuliti satu satu. Ketika keajaiban Maha Agung dalam penciptaannya terkuak luar biasa, maka sudah sepatutnya aku dan semua makhluknya di dunia ini meraih kitab mulia dan melantunkan dengan indah ayat yang berbunyi: "Fabiayyi aalaai Rabbikumaa tukadzziban...", "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan."

Namun, rasanya mustahil ketika bagian dari agama, yaitu nasihat tidak ditegakkan. Aku jadi mengerti mengapa terdapat redaksi hadits yang berbunyi: "Agama adalah nasihat." Kemudian sahabat bertanya, "Kepada siapa?" "Kepada Allah, kitab-Nya, RasulNya, para pemimpin kaum muslimin dan rakyatnya." (HR.Muslim)

Lalu, bagaimana tentang kesibukan itu...?? Kalimat itu seolah menajut-nakutiku. Bagaimana tentang kefokusan itu? Aiiih.... sudahlah teman, ketika waktu 24 jam yang Allah anugrahi ini hanya terfokus kepada hal yang satu: belajar misalnya. Alangkah sedihnya, padahal Allah menciptakan banyak jalan lain sebagai sumber ilmu dan pelajaran. Allah menjadikan hikmahnya juga tak terserak pada lembaran-lembaran buku. Sebagai contoh: dengan silaturrahim tokoh kita bisa pula menemukan informasi primer yang belum tersentuh perspektif tokoh lain.

Satu hal yang perlu disadari adalah: bahwa diri kita adalah manusia luar biasa. Kenapa? Karena kita diberi kemampuan oleh Allah. Baik dalam hal sensitivitas terhadap problem bangsa yng menyeret kita sebagai problem solver, kemampuan akademik yang baik, skill dan segala kelebihan lain yang amat sayang jika terfokuskan pada satu bidang. Sedikit yang mengubah paradigma saya ketika Rabu lalu menghadiri KEK rutin @ 307 psikologi UIN Syarif Hidayatullah dari Senior saya Kak Gerry adalah: Bukan kita harus fokus pada satu bidang, tapi FOKUS lah pada nilai-nilai yang ingin kita capai.

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah