Bangkit..!!
Sepertinya kali ini aku butuh
bicara dengan orang lain. Sudah memuncak perasaan yang terpendam di dadaku
bertahun-tahun. Namun aku tidak tega menjadikan orang lain sebagai pelarian
atas masalah-masalahku. Orang tuaku, mereka terlalu idealis jika harus mereka yang
menyelesaikan masalah kami. Kalian sudah dewasa! Mungkin begitu yang ada di
pikiran mereka. Sehingga kadang kami tak lebih sebagai seorang yang bias disuruh-suruh
saja saat kembali ke rumah. Mereka juga akan senang mengetahui anaknya punya
banyak perubahan di negeri rantaunya masing-masing.
Kadang aku berpikir, andai aku
punya kakak yang bias jadi tempatku menangis dan menceritakan semua masalahku.
Tapi itu tak mungkin! Tidak mungkin mengharapkan sesuatu yang tak mungkin lagi
terjadi. Huuffh, di satu sisi memang aku juga meyakini aku belum menjadi kakak
yang baik bagi adik2ku dan juga tak mampu menjadi humas yang baik di
keluargaku. Ntahlah, duniaku serasa sempit. Kadang aku terlalu introvert,
enggan bergaul dan asyik masuk dengan duniaku sendiri. Tapi kadang aku akan
kesepian bersama tumpukan riwayat masalahku yang tak habis-habisnya
kuselesaikan sendiri. Namun batinku selalu menguatkan,selalu ada Allah mbak... Allah tempat yang paling nyaman bagiku
untuk menumpahkan segalanya. Kadang aku suka kesal dan benci saat aku
menceritakan masalahku. Ada saja yang tersebar dan kemudian ikut-ikutan
menyelesaikan masalah. Padahal dia sudah kupercaya, tapi ternyata.. Yah..
itulah manusia, kadang dia tidak tau bagian mana dia harus bercerita tentang maslaah orang lain kepada orang lain lainnya.
Bagi sebagian besar wanita,
curhat dan menumpahkan segala rasa kepada lawan jenisnya begitu mengasyikkan.
Ya sih, sebagian hatiku mengiyakan. Kita seolah bagai ratu yang akan ditolong
pulang di tengah perjalanan. Kesempatan ini sebenarnya datang berulang kali
kepadaku. Hmm.. mungkin saja dia bisa menyelesaikan masalahku.. Tapi, oh no..! Bagi seorang aku yang sangat idealis, hal itu seperti menjebak diri dari satu
kandang singa ke kandang singa yang lebih galak. Bisa saja ia menjadikan
masalahmu sebagai jembatan terikat yang membuatnya mampu menguasaimu. Laki-laki
di balik kebaikannya kadang juga menyebalkan!
Aku tidak mungkin berkata Tuhan
tidak adil. Terlalu banyak bukti yang membuatku percaya bahwa Dia selalu adil,
Ia selalu membuatku terharu setelah Ia menunjukkan sesungguhnya inilah jalan terbaik
untukku. Mungkin kejadian ini yang membuat pola pikirku lebih dewasa dari
usiaku, meski kadang sifat kekanakanku muncul bila bertemu teman yang mampu
memecah kebekuanku.
Tidaaak…. Pergilah semua keharuan
yang membuatku selalu bernostalgia dan melalaikan waktu. Aku masih punya mimpi!
Aku masih punya harapan! Aku masih punya Allah yang selalu mendukung
perjuanganku. Aku tidak ingin letih. Aku ingin seperti Alif Fikri –pemeran
utama novel trilogy Ahmad Fuadi. Aku ingin berlari mengejar segala
ketertinggalan dan melesatkan ghirohku untuk berjuang sebagai penolong agamaNya
dengan menjadi tenaga medis professional, menjadi penulis dan intinya hamba
yang bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment