Monday, February 16, 2015

Islam Mengajarkan Kita Agar Profesional


Islam ngga pernah ngajarin pemeluknya buat beramal biasa-biasa aja. Yang ada malah sebaliknya. Islam mengajarkan penganutnya untuk melakukan sesuatu dengan profesional. Profesionalitas dalam islam dikenal dengan bahasa 'ihsan'.

Coba simak petikan hadits kedua dalam kitab Al-Wafi tentang definisi mengenai ihsan:
"An ta'budallaha kaannakaa taroohu fainlam yakun yaroohu fainnahuu yarook."

Artinya:
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika tidak mampu melihatNya sesungguhnya Ia melihatmu.

Coba dipikir-pikir nih, seseorang yang beribadah kalau udah seolah-olah melihat Allah berarti benar-benar totalitas dong. Ngga mungkin lagi ada niat yang ga bener, ngga mungkin juga asal-asalan, ngga mungkin juga nantinya ngga berefek ke amalan-amalan yang lainnya.

Rangkaian-rangkaian ibadah harian yang Allah perintahkan sesungguhnya mengajarkan banyak hal terhadap kerja nyata di keseharian. Misal saja, sholat. Seseorang yang sudah baik dan benar sholatnya baik dari pre-on-post sholat insyaAllah akan terjamin juga dalam aktivitas sehari-hari. Jika pre-sholat sudah terbiasa mempersiapkan dan meniatkan untuk shalat tepat waktu, sudah seharusnya dong seorang muslim bisa datang dalam berbagai agenda tepat waktu. 

Dalam pelaksanaan sholat pun kita kenal istilah thuma'ninah yang menghendaki agar kita ruku' dan sujud dalam posisi tulang belakang yang lurus. Ketika thuma'ninah dalam sholat tidak mungkin sholatnya diburu-buru. Sedangkan secara etiologi, thuma'ninah berarti tenang. Artinya kita benar-benar menghadirkan diri kita saat shalat.

Shalat melatih konsentrasi. Memang amat sulit untuk berkonsentrasi secara utuh dari awal hingga akhir shalat. Tapi saat pikiran kita beralih, kita diminta untuk kembali berkonsentrasi pada sholat kita. Nah nah.. begitu juga dalam aktivitas lain bagi seorang muslim. Sudah seharusnya berkonsentrasi dalam belajar, dalam bekerja, dalam rapat, dan kegiatan lainnya. Bukankah konsentrasi akan meminimalisir kita untuk bekerja dua kali untuk hal yang sama? Atau memudahkan langkah-langkah yang selanjutnya? Contohnya berkonsentrasi saat kuliah memberikan manfaat kita tidak perlu sulit lagi untuk meneruskan bacaan di berbagai referensi karena konsep-konsep pentingnya sudah kita dapatkan saat penjelasan dosen. Di samping itu, kita akhirnya bisa diberi kebebasan untuk meraih lebih banyak kegiatan bermanfaat lain yang kita terlibat di dalamnya atau untuk meningkatkan kualitas diri kita.

Bahkan, dalam buku Fiqh Prioritas karya Sayyid Quthb, tidak diperkenankan bagi seorang muslim untuk melakukan ibadah malam berlama-lama jika menjadikannya loyo-loyoan saat bekerja di siang harinya. Pekerjaan yang ia lakukan juga membutuhkan profesionalitas. Ketika pelayanan yang diberikan kepada orang banyak menjadi tidak maksimal, berarti seseorang tersebut tidak berlaku secara profesional. Gaji bulanannya pun patut dipertanyakan akibat ketidak optimalan kerjanya.

Tautan antara ibadah dan amal nyata dalam aktivitas sehari-hari sudah semestinya dipikirkan filosofinya. Shalat bukan sekedar shalat, ngaji jangan sekedar ngaji, zakat juga jangan sembarangan, haji apalagi. 

Shalat dikatakan sebagai ibadah yang outputnya diharapkan dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Cobalah dilirik-lirik ke dalam diri kita. Apa kita masih suka berbuat demikian? Keji dan mungkar jangan di-mention sebagai tindakan kriminal yang kejam-kejam saja atau yang sudah kelas berat. Hal-hal sederhana seperti berbohong, mencontek, menolak memberi bantuan juga termasuk di antaranya. 

Begitu pun mengaji. Sangat disayangkan jika kita hanya membacanya sebagai objek bisu yang tidak memberikan kita pencerahan dalam keseharian kita. Al-Qur'an itu GUIDLINE. Panduan lho. Gimana caranya hidup kita mau luar biasa kalau patokannya bukan Al-Qur'an. Apalagi Al-Qur'an itu bukan sekedar guidline untuk kehidupan dunia, tapi juga menuju akhirat.

Ada petikan menarik dari ustadz Anis Matta dalam pengantar buku Khalid bin Abdul Karim Al-lahim "Panduan Tadabbur dan Meraih Sukses dengan Al-Qur'an" 

Al-Qur'an yang kita baca sekarang kita baca adalah juga Al-Qur'an yang dulu diturunkan kepada sahabat Rasulullah saw bukan Al-Qur'an yang lain. Lalu bagaimana dengan kemampuan akal dan jiwa kita? Di sini pun sesungguhnya tidak terdapat perbedaan antara kita dan generasi sahabat. Sebab, seandainya kemampuan jiwa dan akal untuk memahami Al-Qur'an lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan generasi sahabat, tentu Allah akan menurunkan Al-Qur'an, atau minimal revisi bahasa Al-Qur'an, untuk disesuaikan dengan kapasitas jiwa dan intelektual kita. Tapi itu tidak terjadi.

Begitulah. Islam mengajarkan pribadi-pribadinya untuk berlaku secara professional. Beberapa tips berikut semoga bisa membantu kita untuk beraktivitas secara profesional

1. Pikirkan apa yang akan kita lakukan atau buat perencanaan. 
Mulai dari perencanaan harian, mingguan, bulanan, tahunan, perlima tahunan dan proyek besar lainnya. Bisa juga dibuat dalam format per-kegiatan. Misalnya proyek riset. 

Kenapa harus ada perencanaan? Tujuannya supaya benar-benar kita yang memanfaatkan waktu kita, agar waktu kita tidak hanya orang lain yang mengendalikan. Setelah dilaksanakan, kita pun bisa melihat progress nya. Apa yang sudah bisa kita lakukan dan apa yang belum. 

Di dalam surat Al-Hasyr ayat 18 pun dijelaskan mengenai perencanaan: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

2.  Pikirkan ulang niat dan tujuan dari apa yang akan kita lakukan. 
Masih di ayat yang sama seperti yang tersebut di atas, Rancangan untuk hari esok/ ghodan yang kita buat, baik ibadah ritual atau ibadah aktivitas prospek akhirnya adalah akhirat. Jangan salah niat dan tujuan. "Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Kenapa harus sholat? Udah bener belum ya sholatnya? Niatnya? Udah tepat waktu belum? Udah berefek kepada tindakan sehari-hari kita belum? Udah bisa jaga shalat belum ya kita?

3. Konsentrasi
Kalau lagi belajar ya belajar, kalau memang ada komunikasi yang mendesak ya no problem untuk disambi, tapi jika bisa diselesaikan di awal atau di akhir jam belajar kenapa tidak. Begitu juga dalam ranah yang lain. 

4. Terus-terusan belajar untuk memenej waktu
Kenapa saya bilang terus-terusan? Karena kadang memenej waktu bagi sebagian orang yang tidak terbiasa sulit. Ambil simpelnya aja. Dicoba sedikit-sedikit. Misalnya kita coba menej jam ibadah dulu, terus jam di kampus, terus menej waktu untuk 1harian nanti akan rapi sendiri. 

5. Banyak baca
Mau tidak mau baca juga penting. Basic melakukan sesuatu kita dapat dari membaca. Pun terkadang dengan membaca, kita seolah diingatkan kembali esensi dari ibadah kita. Bertambah pula pengetahuan kita tentang amal yang sama yang selama ini mungkin belum kita dapatkan.Menjadi lebih baik lagi perspektif kita untuk melihat lebih dalam dan luas.

6. Berhenti sejenak
Kadang perjalanan yang panjang itu melelahkan. Tanpa sadar mungkin ada pergeseran tujuan dan niat. Kadang kehilangan motivasi juga untuk terus bergerak. Berhenti sejenak mengajarkan kita untuk menarik napas dalam dan mengamati apa yang selama ini sudah kita lakukan. Sebuah momen yang perlu untuk tak sekedar bermuhasabah, tapi juga menyusun kembali langkah-langkah yang mulai berserakan, memompa lagi semangat yang mulai pudar dan lebih mematangkan lagi perencanaan2 yang masih dini atau sudah setengah berjalan

Mau tidak mau, muslim maupun non muslim sebetulnya semuanya dituntut untuk profesional dalam melakukan apa pun. Tapi sangat disayangkan jika agama yang mulia ini sudah mengajarkan kita untuk profesional dan ihsan dalam amal, kita tidak mau mencoba untuk mengusahakannya. 

Bahkan, Nabi Musa saja dalam menyampaikan peringatan kepada Fir'aun perlu profesional dalam berbicara meskipun Nabi Musa sendiri punya kekurangan dalam hal berbicara. Tetap tenang dan jangan gamang. Kita punya do'a sebagai senjata agar diberi kemudahan. Lihatlah, Nabi kita tersebut berdo'a kepada Allah sampai-sampai do'anya termaktub dalam surat Thaha ayat 25-28

"Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku. dan mudahkanlah urusanku. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. agar mereka mengerti perkataanku."


Referensi dan inspirasi:
1.Al-Qur'an dan terjemahannya
2.Hadits arba'in An-Nawawi dalam kitab Al-Wafi
3.Fiqh Prioritas -Sayyid Quthb
4.Menikmati Demokrasi -Anis Matta
5.Pengantar Anis Matta dalam buku Panduan Tadabbur dan Meraih Sukses dengan Al-Qur'an yang saya temukan dari seorang teman di tumblr

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah