Saturday, July 11, 2015

Mungkin Saja Terjadi

.com/blogger_img_proxy/

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Alhamdulillah, sudah 21 tahun Allah beri saya waktu dan kesempatan hidup di dunia. Selama masa itu pula Allah memberikan banyak kejutan-kejutan yang mulanya tak pernah terpikir dalam bayangan saya.

Begitulah hidup ini, sesungguhnya bukan tentang seberapa baiknya Allah karena ia memberikan jalan sesuai keinginan kita. Alur kehidupan ini bahkan lebih sering keluar dari perencanaan matang kita. Namun, seberapa baik pengamatan kita menelusuri kebaikan apa yang akan Allah datangkan untuk kita. Seberapa kuat kita bertahan dalam memilih prinsip2 agung nan baik sesuai kacamata Allah.

Saya yakin, kita seringkali mengiyakan pernyataan-pernyataan yang tersebar dalam buku, kata-kata seorang motivator, seseorang yang lebih dulu sukses dan sebagainya. Saat keyakinan itu hadir, seringkali kita memformat otak kita bahwa semua itu adalah pernyataan yang mutlak. Saya pasti bisa juga seperti mereka. Kita seolah-olah tersihir kita mampu menempuh perjalanan yang sama dengan mereka Padahal, bisa jadi jalan kita sesungguhnya lebih panjang. Kita telah memperagakan keseluruhan apa yang diucapkan atau apa yang kita baca hingga di titik jenuh kita berusaha. Tapi saya ingin mengatakan bahwa segalanya mungkin saja terjadi. Selayaknya Allah menciptakan bentuk kita yang berupa, maka jalan yang kita lalui sangat mungkin berbeda meski mati-matian kita meniru dengan detil. Variasi itulah yang sewajarnya kita maklumi sebagai karakter kehidupan.

Misalnya seorang pengusaha baru saja menceritakan pengalamannya kepada Anda tentang seberapa pentingnya menjalin komunikasi yang luas untuk memasarkan produk Anda. Anda juga mencari tahu bahwa pengusaha ini ternyata orang yang rajin ibadahnya, rajin berdo’anya, taat pada orang tua, rajin sedekah, dllsb. Duh, pengusaha seperti ini nih yang harus saya contoh, semuanya sudah baik dan berimbang dunia akhiratnya. Mulailah kita mempraktekkan, satu demi satu, dan yap! Sudah sesuai seperti usaha dan tips triknya kok. Tapi, kok saya belum berhasil-berhasil juga ya? Kenapa ini? Pengusaha-pengusaha lain juga ga jauh beda kok yang mereka ceritakan. Kenapa saya ngga bisa seperti mereka ya?

Nah, di saat-saat seperti itulah terkadang kita lupa melihat sisi pribadi kita yang Allah lebih tahu tentangnya. Di saat seperti itu pula sewajarnya kita melakukan internalisasi mendalam tentang jalan panjang yang selama ini kita lalui. Di saat itu pula kita memberikan kesabaran yang besar pada diri kita untuk menerima suatu episode yang akan Allah ajarkan kepada kita. Episode ini mungkin saja dilalui oleh figure yang kita contoh namun terlupa untuk diceritakan kepada public atau Allah memang sengaja Allah berikan khusus kepada kita sehingga kita bisa menemukan kunci kesuksesan yang baru untuk melengkapi teori-teori yang telah muncul sebelumnya. Mungkin juga Allah ingin agar saat mencapai tujuan yang kita inginkan, kita merasakan  kepuasan yang lebih dan agar kita dituntun untuk menyadari bahwa pencapaian itu atas bantuanNya, bukan usaha kita sendiri.

Menyadarkan diri untuk memikirkan sesuatu di balik peristiwa yang menimpa kita kadang sulit. Apalagi kadang kita merasa kita sudah berupaya sekuat tenaga dan perencanaan telah terukur.

Menerima situasi dimana kita harus bersabar sejenak dan menanti ada apa di baliknya, serta mempelajari episode berbeda dari yang dialami orang lain juga mulanya terasa menyesakkan. Tapi itulah karakter yang menunjukkan kuatnya pengelolaan jiwa seorang mukmin.

“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh perkaranya adalah kebaikan baginya. Yan demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorang pun kecuali seorang mukmin. Jika mendapatkan kelapangan ia bersyukur, maka yang demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kemudaratan/kesusahan ia bersabar, maka ang demikian it baik baginya.” (HR.Muslim no 7425)

Tidak ada kata menghentikan ibadah karena kita tak dipertemukan dengan keinginan kita. Tidak ada kata berhenti berupaya karenanya. Yang ada adalah kita semakin memacu amal baik kualitas dan kuantitasnya. Maka permohonan istiqomah jangan sampai terlupa dalam setiap do’a-do’a kita.

Terakhir saya ingin menyampaikan kata-kata ini, tapi mohon maaf saya lupa dari mana sumbernya. Semoga saja bermanfaat :) Sebuah kenyataan yang terbentang di depan kita baik atau buruk adalah peluang. Maka pahlawan itu dikatakan seorang pahlawan bukan karena seberapa banyak kondisi keberuntungan yang mendatanginya, tapi bagaimana ia melihat peluang dari fakta yang ada di hadapannya.

Ahad, 12 Juli 2015


0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah