Saturday, July 11, 2015

Pandangan Umat Islam Tentang Uang

islamic-bonds.si

Tema kajian kemuslimahan ini sebetulnya berkaitan dengan kegiatan medsos bicara yang diselenggarakan sehari sebelumnya tentang cabinet dusta era pemerintahan Jokowi. Era pemerintahan Jokowi amat kental dengan nuansa dimana keputusan yang diambil oleh pemegang kebijakan dipengaruhi oleh kekuatan pasar.

Selanjutnya, di dalam kajian medsos bicara juga dijelaskan megenai 3 jenis Negara dibedakan berdasarkan proporsi kaum proletar dan liberal. Ada Negara peri-peri yang kekuatan liberalnya sangat besar sehingga mengukung kaum proletar, ada Negara dengan kekuatan keduanya yang berimbang disebut Negara semi peri-peri dan ada pula Negara yang dengan kekuatan kaum proletarnya dominan dibanding liberalnya.

Ketiga Negara tersebut diusahakan tetap pada titik keseimbangan agar kaum liberal terus bisa menguasai dunia. Jika kekuatan kaum liberal yang dipegang oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah terus berlanjut menguasai pasar, maka kehidupan di dunia ini sulit untuk berubah. Ummat islam pun mungkin akan sulit mencapai daulah. Namun jika komposisi orang-orang yang menguasai pasar adalah orang-orang yang beriman, maka bisa memberikan pengaruh yang besar.

Uang dalam kehidupan sehari-hari di kalangan ummat Islam kadang dipandang sebelah mata. Sebagian besar lebih memilih kehidupan yang disebut zuhud. Sayangnya zuhud seringkali disalah artikan sebagai kehidupan yang benar-benar meninggalkan dunia dan focus mencari pahala utuk akhirat.

Padahal menurut Imam Ghazali, seseorang baru bisa dikatakan zuhud jika ia telah berhasil menyentuh dunia. Seperti Rasulullah yang telah membuktikan bahwa beliau mampu hidup berkecukupan, terbukti dari besarnya mahar yang beliau berikan kepada Khadijah berupa 100 ekor unta. Jika dikonversikan dalam rupiah bisa mencapai 500 juta-1 Milyar.

Namun apa yang terjadi pada Rasulullah hingga akhirnya kita mendapati bahwa kerap kali beliau hidup susah. Jawabannya adalah karena beliau bukan saatnya lagi berfokus pada hal tersebut karena ada focus kerja yang lebih besar dalam menjalani peran kenabian.

Contoh lainnya adalah banyaknya sahabat-saabat Rasulullah di awal mula keislaman yang menjadi saudagar yang kaya raya. Di antara merekabanyak sekali yang menyokong sebagian besar hartanya atau bahkan seluruh hartanya untu perkembangan dakwah Islam.

Fakta yang terjadi di era modern ini, nyatanya dengan mudah banya orang-orang islam yang rela menukarkan akidah mereka demi sekardus mi atau hal-hal kecil.

Kondisi inilah yang akhirnya membuat kita harus mempersepsikan ulang tentang uang. Menurut Anis Matta, ada beberapa alas an mengapa kita harus kaya. Pertama, harta adalah tulang punggung kehidupan, kedua peredaran uang adalah indicator keshalihan masyarakat. Ketiga banyak perintah syari’ah yang hanya dapat dilakukan dengan uang, seperti zakat, haji, dan sebagainya. Keempat, harta adalah salah satu penentu strata social, dengan ini dakwah bisa masuk di kalangan atas. Terakhir, harta adalah salah satu penentu kebahagiaan di dunia.

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah