Saturday, November 27, 2010

Di Cendana Aku Berubah

Waktu tak ubahnya seperti rotasi bumi pada porosnya, atau saat bumi merevolusi sang surya dalam buku tahunannya. Selalu menyisakan butir-butir kejadian yang mengundang tawa dan memancing derai tangis. Menyungging senyum atau membalikkan senyum menyaksikan rentetan cerita takdir Allah.

Sepersekian persen makhlukNya menganggap Allah tak memberikan yang terbaik untuknya. Jika saja diketahui olehnya "rahasia Tuhan" tentang sesuatu yang akan dibuat kepadanya, tentulah ia akan sangat bahagia. Dalam surat cintaNya Al-Baqarah ayat 216 Allah menyatakan bahwa sesuatu yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Susuatu yang buruk menurut kita pun bisa berarti sesuatu yang baik diberikan oleh Allah.

Lapang sempitnya pun beriringan datang menguji kekuatanku. Pula di Cendana ini. Jalannya datang dikirim oleh Rabb-ku. Menguji kesabaranku agar lapang hatiku makin besar. Menguji keimananku, akankah membuat ia semakin tak terbeli saking intannya?? Akan sangat menyakitkan jika ia malah semakin rapuh bak mineral talc berskala 1 mohs.

Putaran bumi pun ternyata, membuat sikapku turut berputar perlahan. Pikiran-pikiran tak menentu masuk ke pikiran tanpa haluan. Mempengaruhi jaringan syaraf dan menyentak-nyentak pada empunya. Gerakannya membuat aku makin kasar, lisan yang ucap tak terperikan, kasih kepada lainnya berbalik membenci, bila bisikan sekitar beraksi. Makin berbangga diri, tak berongga lagi rasanya terhadap kepekaan teman, lawan.

Jika sudah begini, aku sering melayang-layang ke masa silam. Belum terlalu jauh pautannya. Hanya mundur tiga-enam tahun ke belakang. Hilir mudik membayang-bayang masa kejayaan. Masa kesetiaan dan kesenangan. Masa aku masih sering diingatkan. Masa penuh dengan perhatian. Satu yang indah, adalah bimbingan asatidz-asatidzahku agar dekat kepada Tuhan. Meski omel-omelannya berlalu tak diindahkan, terlalu sering dilafazkan, dan terkadang kesal karena kami sedang dalam keasyikan.

Kenangan sangat tak terlupa dari tindak laku teman-teman seangkatanku dulu. Tersimpan dalam pada bagian yang paling dalam dan tetap kuabadikan. Terbukti benar, teman adalah orang yang paling berpengaruh. Bersyukur aku, akan limpahan kasih sayang Illahku, yang memberikan raga dan hatiku menyicipi kehadiran bersama mereka.

Sekarang, hanya tinggal kenangan. Begitulah rupanya kata orang-orang. Sering, terlalu sering aku mengasihani diriku yang tak berkenangan manis seperti dulu. Karena teman rupanya, berubahlah akhlaqku. Ungkapan penjual minyak misk dan tukang besi kerap menyita perhatianku. Apapun adanya, masih ada rahasia yang belum kukuak dalam kekinian ini. Semoga Allah membantuku menemukan kebahagiaan periode ini.

Aku mencintai pula teman-temanku di sini. Semuanya. Aku mencintaimu teman. Meski kadang surat undangan datang untuk menjauhimu atau pun membencimu. Belum bisa rupanya aku memegang kukuh genggaman tanganku agar tak tumbang. Belum pula bisa mengunci rapat hati dan pikiran agar tak dapat curahan dosa. Maafkan teman, jika kau tersedu karena ku. Maaf pula jika tersakiti dengan polahku.

Semoga kita bisa berteman dalam kebaikan, dalam kejujuran, dalam kesetiaan, dalam ketegaran, utamanya dalam persatuan. Ada harapku agar kita bisa berubah pula. Dan tetapkanlah kita dalam diagonal yang satu, yang berikatan hidrogen, sementara senyawa lain tak berikatan kuat.

*Agar aku bisa kembali berubah_di Cendana*

2 komentar:

Eko said...

ada apa di cendana ?

Mae said...

Di Cendana ada kesedihan :( Kangen sm masa SMP dulu

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah