Tuesday, February 24, 2015

Moslempreneur, siapa takut..??


Seorang dosen saya pernah bilang seperti ini: "Orang muslim dalam memahami sirah perjalanan rasul dan sahabat-sahabatnya, jangan setengah-setengah." Contohnya sekarang orang islam banyak yang memilih hidup miskin dengan alasan ZUHUD. Padahal Rasulullah dan sahabat-sahabatnya itu kaya. Mahar Rasulullah saat menikahi Khadijah saja 100 unta merah. Kalau dalam hitungan dolar 1 unta merah sama dengan 500 $-1000$ berarti sama dengan 500 juta - 1 milyar. Subhanallah.. keren kan?

Tapi kenapa banyak kita temukan kisahnya bahwa Rasulullah itu miskin saat beliau jadi Rasul? Bahkan beliau sendiri memilih untuk tidur di atas pelepah kurma? Untuk menjawab kebingungan tersebut cukuplah pernyataan Imam Ghazali berikut menjadi dasar. Zuhud itu, kata beliau adalah orang yang sudah memiliki dunia, kemudian meninggalkannya dengan sengaja. Sedang yang namanya miskin itu adalah orang yang ditinggal dunia.

Jadi Rasul sudah kaya sebelum jadi nabi dan beliau sebenarnya mampu, namun beliau memilih meninggalkannya karena ada amanah yang lebih besar dari itu.

Disamping Rasul, sahabat-sahabat beliau yang mulia banyak yang menjadi pedagang. Tahulah kita tentang kisah Abdurrahman bin Auf yang harta beliau tak ada habis-habisnya meskipun berkali-kali diberikan di jalan Allah. Umar yang pagi-pagi sudah bersedekah dengan setengah hartanya ternyata dikalahkan oleh Abu Bakar yang menyumbangkan semua hartanya. Usman yang pemalu pun juga kaya. Perlu kita cermati kayanya mereka-mereka tersebut menjadi basis kekuatan civil society di Madinah. 

Jadi intinya, Islam bukanlah agama yang mengajarkan pemeluknya buat miskin, buat menerima keadaan tanpa usaha untuk memperbaikinya. Betapa pun, kalau kita melihat saat ini, kondisinya adalah kita sebagai muslim juga perlu menjadi kaya. Manfaatnya buat peningkatan kualitas pendidikan, buat bangun infrastruktur, buat nyelamatin saudara-saudara muslim yang lainnya. Salah satu cara untuk menjadi kaya adalah dengan berdagang.. Bahkan 9 dari 10 pintu rezeki.. Berarti luar biasa peluangnya bukan? 

Ummi saya pedagang, abi saya pedagang juga. Bahkan kalau pagi-pagi kita ngga tidur dan keluar rumah untuk berdagang, Allah bakal ngasih jalan deh.. Apalagi waktu-waktu tersebut adalah waktu yang diberkahi Allah. Karena itu juga sebetulnya kata Ummi. Ngga mungkin hamba Allah itu Allah biarkan kelaparan kalau mau berusaha, berusaha cari peluang, berusaha cari kesempatan, berusaha untuk cari rezeki yang halal.

Ada sebuah buku bagus yang saya sarankan untuk dibaca buat yang baru mau minat bisnis atau sudah berbisnis sejak lama. Ada bukunya Ayi Muzayini yang judulnya ''Indahnya Berbisnis dengan Allah''. 
 

Sangat direkomendasikan..!! Kita banyak dibimbing ke arah bisnis yang sesuai syariat. Misalnya kita diajak untuk lebih mengenal Allah terlebih dahulu karena Allah adalah The Owner atas segala yang ada di langit dan di bumi. Jangan sampai kita berusaha mengenal customer kita sedalam-dalamnya agar dia tertarik dengan produk-produk kita tapi kita tidak mengenal Allah. Ingat, kata Bung Ayi: Customer is Not God!

Ada salah satu kisah di dalam buku tersebut yang sangat menarik. Ada seorang bapak yang dulunya adalah seorang pertapa. Beliau belajar dari satu paranormal ke paranormal yang lain, tapi semakin bertambah dukun yang didatanginya semakin terpuruk hidupnya. Bahkan kata beliau, dukun itu sendiri juga tidak tahu bagaimana cara anaknya sukses. Alhamdulillah setelah menjauhi syirik, berangsur-angsur kehidupannya mulai membaik dengan 6 tips berikut: 

1. Jauh dari kemusyrikan
2. Kebiasaan pergi ke pasar pada pagi hari
3. Senantiasa rindu dan cinta dengan rumah Allah
4. Rutin berkurban pada hari Iedul Adha
5. Komitmen menggunakan lembaga syari'ah
6. Do'a dan shalat malam

Subhanallah ya... Allah Maha Pemberi Rezeki. Sekarang beliau merupakan juragan kontrakan yang sukses..

Nah, sebagai pengusaha muslim, ketika Allah memberikan kita rezeki yang berlimpah, tidak pantas bagi kita untuk menyombongkan diri. Karena semuanya berasal dari Allah. Mari kita belajar dari kerendahan hati Abdurrahman bin Auf, seorang saudagar yang amat pandai mendistribusikan hartanya: 1/3 untuk investasi sektor real, 1/3 untuk hibah-sedekah-membayar hutang pengusaha2 yang bangkrut, 1/3 lagi untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.

Suatu hari saat dihidangkan makanan untuknya saat berbuka, timbullah selera makannya, namun tiba-tiba beliau menangis sambil berkata :
"Mushab bin Umair telah gugur sebagai syahid, ia seorang yang jauh lebih baik dariku, ia hanya mendapat kafan sehelai burdah; jika ditutup kan kepalanya maka terlihatlah kakinya dan saat ditutup kakinya, terlihatlah kepalanya. Demikian juga Hamzah yang jauh lebih baik daripadaku, ia pun gugur sebagai syahid, dan saat akan dikuburkan hanya ada sehelai selendang padanya. Telah dihamparkan untukku dunia seluas-luasnya dan telah diberikan juga kepadaku dunia sebanyak-banyaknya. Sungguh Aku khawatir kalau-kalau kekayaanku telah didahulukan, pahala kebaikanku hanya di dunia."
Duuh, keren ya... subhanallah ;) Tambahan dari bung Ayi nih:

"Cinta terbesar dan hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas."

Yuk, mari.. mencoba berbisnis bersama Allah. Tidak akan merugi..

 Referensi:
1. Indahnya berbisnis dengan Allah by Ayi Muzayini E.K

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah