Thursday, October 22, 2015

Catatan Materi Open House KOMDA FKIK


Menghadiri acara OH kemarin sore serasa dicharge lagi semangat kita dalam berdakwah. Judulnya adalah Bangkitkan Semangat Mahasiswa Kesehatan Dalam Berdakwah.

Saat itu saya telat meghadiri kegiatan. Saya mendangarkan materi mulai dari bahasan korelasi antara ilmu, amal dan dakwah. Style penulisannya seolah-olah pemateri sedang memberikan materi buat kita. Jadi sebagian tulisan saya seolah-olah berupa kalimat langsung. Maaf ya kalau acak-acakan. Semoga bermanfaat.

Ilmu adalah sesuatu yang menjaga manusia dari amalnya. Setan takut kepada orang yang berilmu meski amalnya sedikit. Sementara setan leih mudah menguasai orang yang beramal banyak tanpa ilmu. Di samping itu, ilmu juga merupakan sesuatu yang seharusnya membuat kita tidak bersombong diri karena ilmu itu asalnya dari Allah. Coba dibuka surat Al-‘Alaq ayat 5: ‘allamal insaana maa lam ya’lam. Allah itu mengajarkan manusia tetang sesuatu yang tidak diketahui olehnya sebelumnya. Jadi sebelumnya kita tidak tahu apa-apa dan ilmu yang sudah kita dapat pun, juga bisa dengan mudah Allah ambil. Tersebutlah kisah tentang seorang professor beliau yang masa untuk mendapatkan gelar professor tersebut lamanya bisa 20-30 tahun. Suatu hari, dia terkena stroke. Saat ditanya siapa namanya, professor tersebut benar-benar sudah lupa namanya sendiri. Apalagi ilmu lainnya. Profesor tersebut hanya bisa menangis.

Kemudian bagaimana korelasi antara ilmu dan dakwah? Tahukah, bahwa adanya kita di jurusan kita yang sekarang bukan terjadi karena kebetulan. Adanya kita tentu karena ada sesuatu yang Allah inginkan dari kita saat ini dan saat lulus nanti. Lalu dengan apa kita berdakwah? Banyak jawabannya! Dakwah itu ada dua: bil hikmah dan bil hal (dengan hikmah dan dengan sesuatu). Dakwah bil hikmah bisa lewat lisan maupun tulisan. Kita semua adalah da’i. Jadi siapa pun bisa berdakwah. Tidak hanya sekedar anak pesantren saja. Bahkan sekarang banyak sekali da’i yang mulanya berasal dari jurusan-jurusan umum bukan jurusan agama tapi banyak diterima. Mengapa? Padahal mereka mungkin dalilnya tak sebanyak lulusan agama atau pesantren. Jawabannya adalah karena mereka banyak menceritakan apa yang mereka alami dan aplikasikan sehari-hari, ini membuat yang lain mudah menerima dakwahnya.

Orang-orang barat itu ingin menghancurkan islam dengan propaganda-propaganda yang semakin berkembang, saat ini salah satunya adalah lewat media teknologi. Nah, kalau kita berdakwah dengan ceramah saja, mungkin hanya sebagian kecil orang yang tahu tapi kalau kita bisa menyebarkan kebaikan lewat gadget kita luar biasa bukan?

Nah, sekarang dakwah bil hal. Bagaimana contohnya? Dengan ilmu yang kita tekuni saat ini. Non sense kalau ada yang bilang aktivis dakwah tapi ngga ikut kuliah. Non sense kalau kita berdakwah tapi IP kita dibawah 3. Kita kuliah ini adalah salah satu amanah dari orang tua kita untuk berdakwah. Akan dilanjutkan nanti.

Pasien itu datang kepada kalian dengan harapan dan percaya kepada kalian. Coba kalian bayangkan di saat ada seorang ibu dan suaminya datang, kalian minta si ibu untuk buka celana. Suaminya pasti akan bilang: “Bu, buka bu celananya.” Pasien akan mengikuti. Karena pasien percaya sama kalian. Kalau calon dokter kuliahnya ngga bener, berarti sama saja kalian memberikan tembakan kepada pasien kalian.

Begitu juga dengan dakwah di KOMDA. Kalau pengurus-pengurus KOMDA IPK nya tinggi-tinggi, tanpa diajak pun orang-orang akan masuk KOMDA. Ngejleb ya?

Di sesi materi, dr.Fachri juga banyak bercerita tentang perjalanan dakwahnya.
Beliau mengungkapkan : “Dakwah itu harus serius.”. “Dakwah itu ngga main-main”
Bagaimana contoh kita serius dalam berdakwah? Baca buku! Baca buku! Baca buku! Di era beliau membeli 1 buku 1 bulan sudah jadi kebiasaan. Tentang kapan waktu untuk membacanya ya di saat ada kesempatan. Jadi kemana-mana bawa buku, meski belum tentu dibaca. Tapi lebih baik daripada ada kesempatan kita ngga jadi baca karena ngga bawa buku. Salah satu buku yang beliau rekomendasikan adalah Fiqhul Ikhtilaf karya Sayyid Quthb.

 Dr.Fachri juga bercerita secara blak-blakan tentang pengalamannya semasa dulu liqo dan membina liqoan. “Dahulu saat saya liqo, saya sering dimarahin sama murobbi saya. Suatu kali saya pernah terlambat karena lokasinya memang jauh. Saya dimarahin. Tapi setelah selesai liqo, murobbi saya merangkul saya, menanyakan bagaimana kondisi saya, perkuliahan saya dan keluarga saya.

Saat saya membina, saya pernah punya binaan kemudian bubar, punya binaan lagi kemudian bubar, punya lagi terus bubar lagi. Bahkan saya pernah malu diketawain sama mad’u saya karena saa ngisi iqo sambil liat buku. Apa kita berhenti setelah itu? Tidak. Bahkan kita harus belajar terus. Rasulullah berdakwah sampai dilempari batu oleh penduduk Thaif tapi beliau masih melanjutkan dakwahnya. Saya tidak ada apa-apanya. Yang kita cari bukanlah banyaknya binaan. Yang kita cari adalah ridho Allah. Saya ingin menunjukkan kepada Allah ya Allah, saksikanlah bahwa saya taat kepada Engkau, isyahadu bianna muslimun.


Terakhir saya ingin mengutip perkataan dr.Fachri, beliau mengungkapkan hal ini “ Pahal berdakwah itu jauh lebih besar dari menjadi dokter spesialis apa pun.” Woow, keren masbro! Tapi bukan berarti kita ngga jadi berniat jadi dokter spesialis ya J So, masih mau main-main dalam berdakwah? Jangan yah ;) Ayo kita maksimalkan dakwah kita baik dengan hikmah maupun dengan sesuatu yang kita miliki. Serius berdakwah gaeess…

0 komentar:

Copyright © 2014 Mahdiah Maimunah